Wednesday, March 31, 2010

Abu Mushab As-Suri (1958-Hafidzahullah)


Siapakah Beliau?

Abu Mushab As-Suri merupakan nama panggilan dari Mushthafa bin Abdul Qadir Sit Maryam Nashar. Dikenal pula sebagai pemilik nama pena Umar Abdul Hakim. Lahir di Aleppo, Suriah pada 1958. Tumbuh dan berkembang di sana hingga menempuh studi selama empat tahun di Jurusan Teknik Mesin Universitas Aleppo.

Pada 1980 bergabung dengan kelompok Thali’atul Muqatilah, pecahan militan dari Ikhwanul Muslimun pimpinan Marwan Hadid yang mengangkat senjata terhadap rezim Hafizh Al-Asad. Beliau kemudian berhijrah ke Yordania pada akhir tahun yang sama karena terus diburu pemerintah Suriah. Selanjutnya, beliau berpindah-pindah dari Yordania, Iraq, Prancis, hingga akhirnya menetap di Spanyol pada 1985.

Pada 1987, beliau berangkat ke Pakistan untuk berpartisipasi dalam jihad Afghanistan melawan Uni Soviet. Di sana, beliau berjumpa dengan Dr. Abdullah Azzam dan menjalin kedekatan hingga meninggalnya sang doktor pada 1989. Dari 1988 hingga 1992, Abu Mushab menjadi anggota Majelis Syura Maktab Khidmat Al-Mujahidin pimpinan Usamah bin Ladin. Nama beliau meroket di kalangan mujahidin lewat karya setebal 900-an halaman berjudul At-Tajarrubah Al-Jihadiyyah fi Suriya (Pengalaman Jihad di Suriah) yang terbit di Peshawar pada 1991. Beliau baru kembali ke Spanyol pada tahun 1992.

Kontribusi selanjutnya adalah di bidang penerbitan. Pindah ke London pada 1994, beliau menggawangi majalah Al-Anshar milik Al-Jama’ah Al-Islamiyyah Al-Musalahah (Aljazair) bersama Abu Qatadah Al-Filasthini (Umar bin Mahmud), yang dianggap sebagai pemimpin spiritual Al-Qaidah di Eropa. Beliau kemudian mendirikan Islamic Conflict Studies Bureau, Ltd. pada 1997 bersama dengan rekannya Abu Khalid As-Suri, utusan Usamah bin Ladin. Pada 1997, kantor media tersebut sukses memfasilitasi BBC dan CNN untuk mewawancarai Usamah bin Ladin dan menyiarkannya lewat televisi satelit untuk pertama kalinya. Sebuah momen yang menimbulkan kesan mendalam bagi Peter Bergen, wartawan CNN yang meliput wawancara tersebut dan menghabiskan beberapa hari di kantor As-Suri, “Dia sangat teguh dan sangat cerdas. Dia nampak seperti seorang intelektual sejati, sangat mengenal sejarah, dan mempunyai tekad yang sangat kuat untuk mencapai tujuan. Dia membuatku tertarik lebih daripada bin Ladin.”

Sejak 1997 itu pulalah beliau memutuskan untuk berangkat ke Afghanistan dan diangkat sebagai instruktur di kamp Arab-Afghan. Pada April 2000 beliau berbaiat kepada Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar sehingga diizinkan untuk mendirikan kamp militer Al-Ghuraba’ yang merupakan bagian dari Kementerian Pertahanan Imarah Thaliban. Kejatuhan Afghanistan pada 2001 menyebabkan beliau harus berpindah-pindah tempat dan menghadapi berbagai situasi.

Selanjutnya, menjadi buron pihak Barat atas tuduhan keterlibatan di sejumlah aksi teror. Abu Mushab dianggap sebagai salah seorang mentor dari para pelaku pemboman WTC. AS pun menghargai kepalanya US$ 5 juta. Pemerintah Spanyol juga memburunya karena beliau dianggap sebagai saksi yang mengetahui rencana pemboman kereta api di Madrid pada 11 Maret 2004. Adapun pihak Inggris menuduh beliau sebagai otak pemboman sarana transportasi di London pada 7 Juli 2005. Akhirnya, beliau tertangkap oleh pihak keamanan Pakistan di Quetta pada Oktober 2005, kemudian diserahkan kepada AS.

Dalam suasana “hijrah”, Abu Mushab berhasil meyelesaikan proyek penulisan sepanjang 1.600-an halaman yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah Al-’Alamiyyah (2002-2004). Tulisan tersebut merupakan refleksi dan hasil risetnya atas pengalaman jihad dan latar belakangnya, sejak diciptakannya Nabi Adam hingga era “Perang Melawan Terorisme” pasca11 September 2001. Lewat karya tersebut, Barat menobatkan beliau sebagai salah seorang ideolog jihad modern yang paling jenius. Buku Perjalanan Gerakan Jihad adalah terjemahan 265 halaman darinya, yang terhimpun dalam bab Hashâd Ash-Shahwah Al-Islamiyyah wa At-Tayâr Al-Jihadî (1930–2002).

Yahya Ayyasy: Putra Batalion (1966 M - 1996 M)


Memang Yahya Ayyasy telah meninggalkan kita beberapa tahun yang lalu namun semangat dan perjuangan beliau terasa belum pergi. Hal ini tidak lain karena operasi-operasi bom syahid yang akhir-akhir ini menghiasi aksi-aksi intifadhah adalah inisiatif beliau pada awal tahun 90-an. Di saat gerakan perlawanan agak menyurut akibat rasa putus asa menghadapi kekuatan penjajah yang begitu kuat, Yahya Ayyasy memulai aksi-aksinya yang membangkitkan kembali semangat perjuangan. Rakyat seakan diyakinkan bahwa Israel bukanlah musuh yang tidak bisa dikalahkan. Berkat hal ini, beliau menjadi tokoh pejuang legendaris dalam sejarah perlawanan Palestina.

Ayyasy dilahirkan pada 6 Maret 1966. Beliau tumbuh sebagai seorang anak yang sangat pendiam. Namun di balik diamnya, ternyata beliau menyimpan sebuah kecerdasan yang sangat menakjubkan. Dalam sekolahnya, Ayyasy kecil tidak hanya menguasai pelajaran kelasnya saja, namun juga pelajaran kelas di atasnya.
Beliau lulus SMA pada tahun 1984 dengan akumulasi 92,8. Setelah kelulusannya, beliau mulai aktif di gerakan Hamas. Beliau melanjutkan ke Universitas Beirzeit dengan mengambil jurusan tekhnik listrik. Masa perkuliahannya pun beliau sibukkan dengan aktifitas keislaman. Lulus perguruan tinggi pada tahun 1991 dan menikah pada tahun 1992.
Aktifitas militernya sudah beliau mulai pada tahun 1991. Dalam berjuang, beliau mempunyai pemahaman yang mendalam tentang arti sebuah perjuangan. Perjuangan telah menjadi nafas dan darahnya. Seluk-beluk perang pun beliau tekuni, sampai bisa ditentukan titik lemah penjajah Israel dan pusat kekuatan rakyat Palestina. Maka kemudian dirancanglah sebuah perang yang menggabungkan dua hal di atas. Lahirlah Intifadhah I. Perang yang mempertemukan dua kubu; orang-orang yang takut mati, dan orang-orang yang mencari-cari kematian. Sungguh perang yang tidak seimbang.
Dalam aksi Intifadhah ini, diperlukan bahan peledak yang sangat banyak. Aksi-aksi peledakan diri, atau yang sering disebut bom syahid, dan aksi-aksi lainnya menghabiskan bom rakitan yang tidak sedikit. Perlawanan Palestina tidak mempunyai cadangan yang banyak karena semua jalan masuknya bantuan telah ditutup. Namun dari pikiran beliau, lahirlah ide untuk memanfaatkan bahan-bahan kimia dasar dalam membuat bom. Bahan-bahan ini banyak tersedia di apotik-apotik. Maka, setelah itu ledakan demi ledakan mengucang Israel.
Kerja pertama beliau adalah merakit bom pada sebuah mobil. Namun sayangnya, secara tidak sengaja, hal ini diketahui Israel. Setelah pengangkapan dan pemeriksaan yang ketat dan kejam, tersebutlah nama Ayyasy sebagai Wanted No 1. Ayyasy pun menjadi buron. Pada 25 April 1993, rumah beliau sempat digeledah Israel. Namun mereka tidak menemukan apa-apa. Dan ketika mereka mengancam keluarganya, sang Ibu malah mengatakan, "Yahya telah pergi tanpa meninggalkan apa-apa untuk kami. Sejak dia menjadi buron, dia bukan lagi anak kami, tapi anak Batalion al-Qassam." Sebuah sikap yang sangat menjengkelkan Israel. Sikap yang terbentuk dari sebuah tarbiyah panjang dalam gerakan Hamas.
Kurang-lebih empat tahun masa buron, Israel dengan segala kekuatannya kehabisan akal menangkap Ayyasy. Sebaliknya, empat tahun pula Ayyasy mencapai kegemilangan membuat ledakan di sana-sini. Menciptakan sebuah mitos bahwa bangsa Yahudi selamanya tidak akan merasa aman hidup di tanah jajahan mereka. Masa buronan adalah masa perjuangan beliau. Dalam perjuangan itu, beliau benar-benar mengorbankan kehidupannya untuk Palestina. Seorang insinyur yang seharusnya bisa menikmati kehidupan enak dengan bekerja di luar negeri seperti yang dilakukan kebanyakan rekannya, kini hidup tidak menetap dan selalu terancam. Bahkan dalam masa ini pula, dua orang anaknya lahir. Yang pertama lahir pada awal masa buronnya, dan yang kedua lahir dua hari sebelum beliau mendapatkan syahadah.
Ada beberapa pelajaran yang beliau berikan kepada para pejuang Islam. Pertama, pejuang Islam harus mempunyai pondasi akidah dan iman yang kuat. Karena kedua hal inilah yang membuat manusia selalu merindukan kematian. Kedua, sirriyah dan bisa menjaga lisan. Semua operasi yang dilakukan Ayyasy dan Batalion al-Qassan dilakukan dengan super rahasia sehingga peristiwanya tidak bisa diketahui Israel sebelum terjadi. Dan Israel pun mendapatkan kesulitan untuk bisa menembus tubuh al-Qassam.
Ketiga, keterampilan menghilang dari mata musuh. Semua unsur Israel telah dikerahkan untuk menangkapnya, mulai dari tentara unit-unit militer khusus, kepolisian, tentara perbatasan, dan dinas intelijen, tapi tidak ada yang berhasil meringkusnya. Karena kelihaiannya ini, beliau digelari sang jenius, manusia berwajah seribu, manusia bernyawa tujuh, dan sebagainya. Prestasi gemilang yang pernah diraihnya adalah menerobos ke jalur Gaza dan membuat aksi di sana, padahal untuk sampai kesana beliau harus melewati ribuan tentara dan dinas intelijen. Prestasi ini sampai membuat Yitsak Rabin menggebrak meja dalam sebuah rapat. Keempat, jihad; menang atau mati syahid. Beliau selalu bersikeras melanjutkan perjuangannya dan mempersiapkan diri untuk mati syahid. Tidak beliau hiraukan anjuran-anjuran untuk melarikan diri ke luar negeri.
Empat tahun Yitsak Rabin memasang nama Ayyasy pada urutan pertama dalam file khusus orang-orang yang sangat berbahaya. File ini mendapat prioritas dalam program pemerintahannya. Tapi yang mengherankan, file itu masih ada di tangannya ketika seorang Yahudi fundamentalis memuntahkan peluru di depan mukanya. Peristiwa itu menambah malu dinas intelijen dan keamanan Israel. Belum berhasil menangkap Ayyasy, dihadapkan lagi permasalahan baru. Dalam situasi yang genting ini, direktur SABAK, dinas intelijen Israel, mengajukan pengunduran dirinya. Permohonan ini pun ditolak karena hanya akan menambah rakyat Israel kurang percaya diri.
Oleh karena itu, untuk mengembalikan rasa percaya dirinya, strategi pembunuhan Ayyasy dirancang lebih bagus dengan melibatkan pihak yang lebih banyak lagi. Pembunuhan ini diharapkan akan menjadi permulaan babak baru perjuangan Palestina. Perjuangan tanpa para perusak. Tapi apakah harapan mereka terwujud?
Jum�at, 5 Januari 1996, televisi Israel mengumumkan bahwa Ayyasy telah mati di Beit Lahia, Jalur Gaza. Seluruh Palestina, bahkan umat Islam seluruh dunia menangis. Sebuah bom telah dipasang dalam pesawat HT nya. Pesawat itu diterimanya dari seorang pedagang yang ternyata mempunyai hubungan dengan intelijen Israel.
Kematiannya sungguh sangat memilukan. Seorang pejuang harapan rakyat telah meninggalkan mereka. Tapi setidaknya, hal itu memberi pelajaran baru bagi mereka. Ada tiga hal yang bisa diambil. Pertama, jihad masih menjadi satu-satunya alternatif bagi perjuangan Palestina. Kedua, perjuangan yang ikhlas akan memberikan pengaruh yang baik bagi rakyat banyak. Ketiga, Israel masih harus berhadapan dengan kemarahan rakyat Palestina yang tidak akan pernah padam.
Ternyata harapan Israel hanya tinggal harapan. Babak perjuangan belum ending. Hanya dalam tempo sepuluh hari setelah kematian Ayyasy, empat kali operasi bom syahid berhasil dilancarkan oleh para penerus Ayyasy. Dan ternyata Ayyasy masih hidup. Bahkan sampai sekarang. Semangat dan namanya akan terus berada dalam benak hati kita. Beliaulah tokoh perjuangan.
Beliau tidaklah berambisi mencatat namanya dalam sejarah, tapi sejarahlah yang mencari sosok-sosok pemimpin pejuang semacam beliau. Beliau bukanlah orang yang gila ketenaran, tapi masyarakatlah yang selalu mencari-cari sosok seperti beliau untuk menjadi panutan dalam berjuang.
Oleh Moh Sofwan, Lc
Sumber: Sinai o¬nline - www.sinai.cjb.net

Sheikhul Mujahid Dr. Abdullah Yusuf Azzam (1941–1989)


"Sheikh Abdullah Azzam bukanlah orang biasa. Dia mewakili satu bangsa, satu Ummat. Tubuh Ummat ada di dalam dirinya. Setelah kematiannya, para muslimah sejauh ini gagal melahirkan seorang laki-laki yang mampu menggantikan Beliau".

[Usama bin Ladin, wawancara dengan TV Al-Jazeera, 1999] "Dialah yang bertanggung jawab membangkitkan kembali Jihad di abad 20 ini".

[Majalah Time] "Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT".

[Ulama Mujahid asal Mekkah] " Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam".

[Azzam Publications] " Pada dekade 1980-an, Syuhada Sheikh Abdullah Azzam mencetuskan satu kalimat yang maknanya bergaung di seluruh medan pertempuran Chechnya saat ini. Sheikh Abdullah Azzam Rahmatullah 'Alaihi menggambarkan bahwa Para Mujahid yang gugur dalam pertempuran bergabung bersama "Kafilah Para Syuhada".

[Ibnu Al-Khattab, Panglima Mujahidin Chechnya]


Abdullah Yusuf Azzam lahir pada tahun 1941 di Desa Asba'ah Al-Hartiyeh, Propinsi Jiniin, Tanah Suci Palestina yang diduduki Israel. Beliau dibesarkan di sebuah rumah yang bersahaja dimana Beliau dididik agama Islam, ditanamkan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya SAW, terhadap Mujahid yang berjuang di Jalan-Nya dan terhadap orang-orang yang shaleh yang mencintai kehidupan akhirat.Semasa masih kanak-kanak, Abdullah Azzam sangat menonjol di antara anak-anak lainnya. Beliau sudah mulai menyiarkan dakwah Islam semenjak masih sangat muda. Teman-teman sepergaulan mengenal Beliau sebagai seorang anak yang shaleh.

Beliau telah menunjukkan tanda-tanda yang luar biasa sejak muda dan guru-guru Beliau telah mengenali tanda-tanda ini sejak Beliau masih di Sekolah Dasar. Sheikh Abdullah Azzam dikenal karena ketekunan dan kesungguhannya bahkan sejak masih kecil, Beliau memperoleh pendidikan dasar dan menengah di desanya dan kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Pertanian Khadorri hingga memperoleh gelar. Meskipun Beliau yang termuda di antara teman-temannya, namun Beliau adalah yang terpandai dan terpintar. Setelah menamatkan pendidikannya di Khadorri Beliau bekerja sebagai guru di Desa Adder, Yordania Selatan. Kemudian Beliau menuntut ilmu di Fakultas Syariah, Universitas Damaskus Suriah hingga memperoleh gelar B.A. di bidang Syariah pada tahun 1966.

Ketika tentara Yahudi merebut Tepi Barat pada tahun 1967, Sheikh Abdullah Azzam memutuskan untuk pindah ke Yordania, karena Beliau tidak ingin hidup di Palestina yang berada di bawah pendudukan Yahudi. Melihat bagaimana tank-tank Israel maju memasuki Tepi Barat tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti, menimbulkan perasaan bersalah dalam diri Beliau, sehingga membuat Beliau semakin mantap untuk hijrah dengan maksud agar dapat mempelajari ilmu perang.

Pada akhir dekade 1960-an, dari Yordania Beliau bergabung dalam Jihad menentang pendudukan Israel atas Palestina. Tidak lama kemudian Beliau pergi belajar ke Mesir dan memperoleh gelar Master dalam bidang Syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Pada tahun 1970, setelah Jihad terhenti karena kekuatan PLO diusir keluar dari Yordania, Beliau menjadi dosen di Universitas Yordania di Amman. Setahun kemudian, tahun 1971, Beliau memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar dimana Beliau melanjutkan pendidikan S3 dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang Pokok-Pokok Hukum Islam (Ushul-Fiqh) tahun 1973. Selama di Mesir inilah Beliau mengenal keluarga Syuhada Sayyid Qutb (1906-1966). Sheikh Abdullah Azzam cukup lama turut serta dalam Jihad Palestina. Namun ada hal yang tidak disukainya, yaitu orang-orang yang terlibat di dalamnya sangat jauh dari Islam. Beliau menggambarkan bagaimana orang-orang ini berjaga-jaga sepanjang malam sambil bermain kartu dan mendengarkan musik, dan menganggap bahwa mereka sedang menunaikan Jihad untuk membebaskan Palestina. Sheikh Abdullah Azzam menyebutkan juga meskipun ada ribuan orang di basis-basis pemukiman, tetapi jumlah orang yang hadir untuk shalat berjama?ah bisa dihitung dengan satu tangan saja. Beliau berusaha mendorong mereka untuk menerapkan Islam sepenuhnya, namun mereka bertahan untuk menolak. Suatu hari Beliau bertanya kepada seorang "Mujahid" secara retoris, agama apa yang ada di belakang revolusi Palestina, "Mujahid" itu menjawab dengan jelas dan gamblang, "Revolusi ini tidak memiliki dasar agama apapun".

Habislah sudah kesabaran Abdullah Azzam. Beliau kemudian meninggalkan Palestina, pindah ke Saudi Arabia dan mengajar di berbagai universitas di sana.Saat Sheikh Abdullah Azzam menyadari bahwa hanya dengan kekuatan yang terorganisir Ummat ini bisa menggapai kemenangan, lalu Jihad dan senjata adalah kesibukan dan pengisi waktu luangnya.

"Jihad hanya dengan senjata. TIDAK dengan Negosiasi, TIDAK dengan Perundingan Damai, TIDAK dengan Dialog", kalimat tersebut menjadi semboyan Beliau. Beliau praktekkan apa yang selalu Beliau kumandangkan, sehingga membuat Beliau menjadi salah satu di antara orang Arab pertama yang bergabung dalam Jihad di Afghanistan melawan Uni Soviet yang komunis. Pada tahun 1980, ketika masih di Saudi Arabia, Abdullah Azzam memperoleh kesempatan berjumpa dengan satu delegasi Mujahidin Afghanistan yang datang untuk menunaikan ibadah Haji. Segera Beliau tertarik dengan kelompok ini dan ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai Jihad Afghanistan. Ketika dijabarkan kepadanya, Beliau merasa inilah yang sudah sejak lama sekali Beliau cari-cari.Beliau segera melepaskan jabatannya sebagai dosen di Universitas King Abdul-Aziz Jeddah Saudi Arabia, dan berangkat menuju Islamabad Pakistan supaya dapat ikut serta dalam Jihad. Beliau pindah ke Pakistan agar dapat lebih dekat dengan Jihad Afghanistan, dan di sanalah Beliau mengenal pemimpin-pemimpin Mujahidin. Saat-saat pertama berada di Pakistan, Beliau ditunjuk untuk memberikan kuliah di International Islamic University di Islamabad. Namun tidak lama hal ini berlangsung, karena Beliau memutuskan untuk meninggalkan universitas agar bisa mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk Jihad Afghanistan. Pada permulaan dekade 1980-an, Sheikh Abdullah Azzam langsung turun ke medan Jihad Afghanistan. Di Jihad inilah Beliau merasa puas bisa memenuhi kerinduan dan cinta yang tak terlukiskan untuk berjuang di Jalan Allah, persis seperti suatu kali Rasulullah SAW bersabda : "Berdiri satu jam dalam pertempuran di Jalan Allah lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun".

Terinspirasi oleh Hadits ini, Sheikh Abdullah Azzam beserta keluarganya memutuskan pindah ke Pakistan agar lebih dekat dengan medan Jihad. Tidak lama setelah itu Beliau pindah lagi dari Islamabad ke Peshawar supaya bisa lebih dekat lagi dengan medan Jihad dan Syahid.Di Peshawar, bersama dengan Usama bin Ladin yang juga teman dekatnya, Sheikh Abdullah Azzam mendirikan Baitul-Anshar (Mujahideen Services Bureau atau Kantor Pelayanan Mujahidin) dengan tujuan untuk menawarkan semua bantuan yang memungkinkan bagi Jihad Afghanistan dan Para Mujahid dengan cara mengadakan dan me-manage berbagai proyek yang menunjang Jihad. Kantor ini juga menerima dan melatih para sukarelawan (Foreign Mujahideen) yang berbondong-bondong datang ke Pakistan untuk ikut serta dalam Jihad dan mengatur penempatan mereka di garis depan.

Dapat diduga, semua hal ini masih belum cukup memuaskan keinginan Sheikh Azzam yang menggebu-gebu berjihad. Keinginan inilah yang akhirnya membawanya pergi ke garis depan. Di medan pertempuran Sheikh Abdullah Azzam mengambil peranan dengan sikap ksatria dalam perjuangan yang penuh dengan pengorbanan yang besar. Di Afghanistan Beliau jarang menetap di suatu tempat. Beliau selalu berkeliling ke seluruh pelosok negeri mengunjungi hampir seluruh propinsi dan wilayah seperti Logar, Kandahar, Pegunungan Hindukush, Lembah Panshir, Kabul dan Jalalabad. Dalam kunjungan ini, Sheikh Abdullah Azzam menyaksikan secara langsung kepahlawanan orang-orang awam yang telah mengorbankan segala apa yang dimiliki termasuk jiwa mereka demi jayanya Dien Islam. Di Peshawar, setelah kembali dari berkeliling, Sheikh Azzam selalu berbicara tentang Jihad secara kontinyu. Beliau selalu berdo'a agar Para Komandan Mujahidin yang terpecah belah dapat bersatu padu. Beliau selalu mengundang orang-orang yang belum bergabung dalam pertempuran untuk memanggul senjata dan maju ke garis depan sebelum terlambat.

Abdullah Azzam sangat dipengaruhi oleh Jihad Afghanistan dan Beliaupun sangat besar pengaruhnya pada Jihad ini sejak Beliau mengabdikan diri sepenuhnya dalam perjuangan ini. Beliau menjadi salah satu tokoh yang paling menonjol dan berpengaruh bersama dengan pemimpin-pemimpin bangsa Afghanistan lainnya. Beliau tidak tanggung-tanggung mempromosikan perjuangan Afghanistan ke seluruh dunia, khususnya ke kalangan Ummat Islam. Beliau berkeliling dunia, menyampaikan panggilan kepada Kaum Muslimin untuk beraksi mempertahankan agama dan Tanah Muslim. Beliau menulis sejumlah buku tentang Jihad, seperti Join the Caravan, Signs of Ar-Rahman in the Jihad of the Afghan, Defence of the Muslim Lands dan Lovers of the Paradise Maidens. Bahkan Beliau turun langsung ke medan Jihad Afghanistan, meskipun usia Beliau telah lebih dari 40 tahun. Beliau menjelajahi Afghanistan, dari utara ke selatan, dari timur ke barat, menembus salju, mendaki pegunungan, di bawah panas terik matahari dan dingin yang membekukan tulang, dengan menunggang keledai maupun berjalan kaki. Banyak Pemuda yang bersama Beliau kelelahan, namun Sheikh Abdullah Azzam tidak. Beliau merubah pandangan Ummat Islam terhadap Jihad di Afghanistan dan menjadikan Jihad ini sebagai perjuangan yang Islami yang merupakan kewajiban seluruh Ummat Islam di dunia. Hasil dari usaha ini adalah Jihad Afghanistan menjadi universal dimana Ummat Islam dari seluruh dunia turut serta. Para Pejuang Muslim dari seluruh penjuru dunia secara sukarela berdatangan ke Afghanistan untuk memenuhi kewajiban Jihad dan membela Saudara-saudara Muslimin dan Muslimah mereka yang tertindas.

Kehidupan Sheikh Azzam berkisar hanya kepada satu tujuan, yakni menegakkan Hukum Allah di muka bumi ini, yang merupakan tanggung jawab yang pasti bagi setiap dan segenap Ummat Muslim. Dalam rangka melaksanakan tugas suci dalam hidup ini yaitu menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah (negara yang berdasarkan pada hukum Islam), Sheikh Azzam mengkonsentrasikan kepada Jihad (perjuangan bersenjata untuk menegakkan Islam). Beliau berkeyakinan bahwa Jihad wajib dilaksanakan sampai Khilafah Islamiyyah ditegakkan sehingga cahaya Islam menerangi seluruh dunia.

Beliau juga menjaga dan memelihara keluarganya dengan semangat perjuangan yang sama, sehingga istrinya, sebagai contoh, aktif mengurus anak-anak yatim piatu dan aktif dalam berbagai tugas kemanusiaan di Afghanistan. Beliau menolak jabatan di beberapa universitas dengan menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan Jihad kecuali jika gugur di medan perang atau terbunuh. Beliau selalu menekankan kembali bahwa tujuannya yang terakhir adalah membebaskan Tanah Suci Palestina. Dalam hal ini Beliau menyatakan: "Saya tidak akan meninggalkan Tanah Jihad kecuali karena tiga hal. Pertama, saya terbunuh di Afghanistan. Kedua, saya terbunuh di Pakistan. Ketiga, saya diborgol dan diusir dari Pakistan"

Jihad di Afghanistan telah membuat Abdullah Azzam menjadi penyangga utama dalam gerakan Jihad di jaman modern sekarang. Dengan turun langsung dalam Jihad ini dan dengan mempromosikannya serta menjelaskan kendala-kendala yang menghambat gerakan Jihad, Beliau memiliki peranan yang sangat berarti dalam meluruskan pendapat Ummat Islam tentang Jihad dan perlunya menegakkan Jihad. Beliau menjadi panutan bagi generasi muda yang menyambut panggilan Jihad. Beliau amat mementingkan Jihad dan butuh akan Jihad. Sekali waktu Beliau berkata :"Saya merasa seolah-olah berumur 9 tahun. Tujuh setengah tahun dalam Jihad di Afghanistan dan satu setengah tahun dalam Jihad di Palestina. Sisa tahun lainnya tidak berarti sama sekali".

Dari atas mimbar Sheikh Azzam berulangkali menekankan keyakinannya : "Jihad tidak boleh ditinggalkan sampai hanya Allah SWT saja yang disembah. Jihad akan terus berlangsung sampai Kalimat Allah ditinggikan. Jihad sampai semua orang yang tertindas dibebaskan. Jihad untuk melindungi kehormatan kita dan merebut kembali Tanah kita yang dirampas. Jihad adalah Jalan untuk mencapai kejayaan abadi?.

Sejarah dan semua orang yang mengenal dekat Sheikh Abdullah Azzam mencatat keberanian Beliau dalam berbicara tentang kebenaran, dengan mengabaikan segala konsekuensi yang ada.Setiap saat Sheikh Abdullah Azzam mengingatkan seluruh Kaum Muslimin bahwa :"Ummat Islam tidak dapat dikalahkan oleh ummat lainnya. Kita Ummat Islam tidak akan dikalahkan oleh musuh-musuh kita, namun kita bisa dikalahkan oleh diri kita sendiri".

Sheikh Abdullah Azzam adalah contoh seorang yang berperilaku Islami dengan baik, dengan amal shalehnya, dengan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan dengan kesederhanaannya dalam segala hal. Beliau tidak pernah mencemari hubungan baiknya dengan orang lain. Sheikh Azzam selalu mendengarkan pendapat Para Pemuda, Beliau amat disegani dan tidak terbersit sedikitpun rasa takut di dalam hatinya. Beliau selalu berpuasa selang seling hari seperti yang dilakukan Nabi Daud AS. Dan juga selalu menghimbau yang lainnya untuk berpuasa hari Senin dan Kamis. Sheikh Azzam adalah orang yang selalu berterus terang, tulus dan mulia. Beliau tidak pernah mencaci orang lain atau berbicara yang tidak baik mengenai orang lain.Satu saat sekelompok Muslim yang tidak puas di Peshawar mencap Sheikh Azzam sebagai kafir dan menuduhnya meminta uang dari Kaum Muslimin untuk dihambur-hamburkan. Ketika Sheikh Azzam mendengar hal ini, Beliau tidak mencari dan mendebat mereka, malah mengirimi mereka berbagai hadiah. Namun kelompok tersebut tetap saja mencaci maki, mengumpat dan memfitnah Beliau, dan Beliau terus saja mengirimi mereka hadiah lainnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika akhirnya menyadari kesalahannya, mereka berkomentar :

"Demi Allah, kami belum pernah menemui seseorang seperti Sheikh Abdullah Azzam. Beliau tetap saja memberi kami uang walaupun kami selalu mengutuk dan mencaci Beliau"

Selama Jihad Afghanistan berlangsung, Beliau telah berhasil menyatukan berbagai kelompok Mujahidin dalam Jihad ini. Dan tentu saja kebanggaan Beliau terhadap Islam menimbulkan rasa benci di kalangan musuh agama, sehingga musuh membuat rencana untuk menghabisi nyawa Beliau. Pada November 1989, sejumlah bahan peledak TNT diletakkan di bawah mimbar dimana Beliau selalu menyampaikan khutbah setiap hari Jum?at. Demikian besar jumlah peledak tersebut sehingga seandainya meledak akan menghancurkan seluruh Masjid termasuk apa saja dan siapa saja yang ada di dalamnya. Ratusan Muslimin dapat terbunuh. Namun Allah memberikan perlindungan-Nya dan bom tersebut tidak meledak.

Musuh-musuhpun semakin berhasrat melaksanakan rencana gilanya. Mereka mencobanya sekali lagi di Peshawar, tidak lama berselang setelah kejadian tersebut. Ketika itulah Allah SWT berkehendak agar Sheikh Abdullah Azzam meninggalkan dunia ini menuju haribaan-Nya (kita berharap demikian Insya Allah). Dan Sheikh wafat dengan cara yang gemilang pada hari Jum'at 24 November 1989 pukul 12.30 siang.Musuh-musuh Allah meletakkan tiga bom di jalan yang sempit dimana hanya bisa dilewati satu mobil saja. Jalan tersebut adalah jalan yang biasa dilalui oleh Sheikh Abdullah Azzam untuk menunaikan shalat Jum'at. Pada hari Jum'at itu, Sheikh Azzam bersama dengan dua anaknya, Ibrahim dan Muhammad, serta salah seorang anak Syuhada Sheikh Tamim Adnani (salah seorang Pahlawan Jihad Afghanistan lainnya), melalui jalan tersebut. Mobil pun berhenti di mana bom yang pertama berada, dan Sheikh Azzam turun untuk meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Musuh-musuh yang sudah menanti segera memicu bom yang telah mereka persiapkan tersebut. Bunyi ledakan dahsyat mengguncang hebat terdengar di seluruh penjuru kota.

Orang-orang berhamburan keluar dari Masjid, dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan. Hanya sedikit saja yang tersisa dari kendaraan yang hancur lebur. Tubuh anaknya yang kecil, Ibrahim, terlempar ke udara sejauh 100 meter, demikian pula dengan kedua anak lainnya, beterbangan pada jarak yang hampir sama. Potongan-potongan tubuh mereka tersebar di pohon-pohon dan kawat-kawat listrik. Sementara tubuh Syahid Sheikh Abdullah Azzam tersandar di dinding, tetap utuh dan tidak cacat sama sekali, kecuali sedikit darah terlihat mengalir dari mulut Beliau.

Ledakan itu telah mengakhiri perjalanan hidup Sheikh Abdullah Azzam di dunia, yang telah Beliau lalui dengan baik melalui perjuangan, daya upaya sepenuhnya, dan pertempuran di Jalan Allah SWT. Hal ini semakin menjamin kehidupannya yang sebenarnya dan abadi di Taman Surga -kita memohon kepada Allah demikian, dan menikmatinya bersama dengan teman-teman yang mulia yakni : "Dan barangsiapa yang mena?ati Allah dan Rasul-Nya mereka ini akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Para Rasul, Para Shiddiqiin, Orang-orang yang mati Syahid dan Orang-orang Shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" [QS An-Nisaa:69]

Dengan cara seperti inilah Pahlawan Besar dan Penggerak Kebangkitan Islam meninggalkan medan Jihad dan dunia ini, dan tidak akan pernah kembali lagi. Beliau dimakamkan di Makam Para Syuhada Pabi di Peshawar Pakistan, dimana Beliau bergabung bersama-sama dengan ratusan Syuhada lainnya. Semoga Allah menerima Beliau sebagai Syuhada dan menganugerahinya tempat tertinggi di Surga. Pertempuran yang telah Beliau lalui dan telah Beliau perjuangkan tetap berlanjut melawan musuh-musuh Islam. Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam Rahmatullah 'Alaihi.

Kita memohon kepada Allah SWT untuk menerima amal ibadah Beliau dan menempatkan Beliau di Surga Tertinggi. Kita memohon kepada Allah SWT untuk membangkitkan dari Ummat ini Ulama-Ulama lain sekaliber Beliau, yang menerapkan pengetahuannya di medan perjuangan, bukan hanya menyimpannya di dalam buku dan di dalam Masjid saja.Melalui biografi ini, kami merekam kejadian-kejadian dalam sejarah Islam selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 1979 hingga 1989, dan akan terus berlanjut sebagaimana Sheikh Abdullah Azzam berkata :

"Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah Para Syuhada, dengan kisah Para Syuhada, dengan teladan Para Syuhada""Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai" [QS At-Taubah:32-33].

Jalaludin Haqqani


seorang mujahid dan sarjana Islam.
Ghulam Khan, afghanistan-pakistan Perbatasan - 11 tahun belum pernah terjadi sebelumnya perlawanan terhadap pendudukan Soviet di Afganistan melahirkan banyak tokoh-tokoh legendaris. Namun, dalam hari-hari yang kacau perselisihan sipil di era pasca-Soviet pada awal 1990-an, beberapa legenda ini menjadi tua, atau mengubah jalan mereka, dan akibatnya kehilangan pesona.

Ada satu pengecualian, satu orang yang menolak untuk membatalkan hubungan dengan mujahidin yang terkenal hari, dan yang telah tetap legenda hidup. Dia adalah seorang ulama yang berkualitas, dan, meskipun bukan Thalib (mahasiswa) ia telah bersedia bergabung dengan Taliban penyebabnya. Setelah mundur Taliban dari Afghanistan pada akhir 2001, Amerika Serikat telah menawarkan posisi teratas. Tapi ia memilih kehidupan yang sulit gerilya: bertemu Maulana Jalaluddin Haqqani, satu-satunya harapan bagi gerakan perlawanan Taliban untuk sukses melawan pasukan pimpinan Amerika di Afghanistan.

Taliban kebangkitan
Percakapan yang panjang - baik dari dan di catatan - dengan nama Taliban besar memberikan perasaan bahwa gerakan ini terus meningkat. Hal ini ditegaskan oleh kesediaan AS untuk merangkul setidaknya unsur-unsur Taliban sebagai penting untuk mencari penyelesaian politik yang langgeng untuk Afghanistan. Sampai sampai sangat baru-baru ini, inisiatif ini telah bertemu dengan kurang sukses. Sekarang tampaknya ada pemisahan antara Taliban pada pertanyaan, menunjukkan bahwa dari sisa-sisa gerakan Taliban, ada dua jenis luas Taliban.

# Taliban, para siswa, yang diambil dari madrasah (seminari, sebagian besar di Pakistan) yang memberikan studi mereka untuk melawan warlordism yang muncul di Afghanistan pada awal 1990-an. Tanpa kompromi mereka fundamentalis dengan keyakinan agama dan janji-janji mengakhiri anarki, mereka berkuasa pada 1996. Mereka kebanyakan antara usia 23 sampai 40 tahun, dan sangat setia kepada pemimpin mereka, Mullah Omar. Mereka masih Nya diehards.
# Non-mahasiswa yang tidak melawan gerakan Taliban dan menerima perintah. Mereka kemudian diberikan posisi yang berbeda selama rezim Taliban. Sebagian besar dari mereka memiliki keraguan tentang kepemimpinan seorang pria yang belum menyelesaikan studinya (Mullah Omar), dan ketika rezim Taliban jatuh mereka memilih untuk bergerak diam-diam ke daerah suku Pakistan. Sekarang mereka skeptis bahwa jaringan yang hancur Taliban, dengan sumber daya terbatas, akan dapat mengambil sebuah negara adikuasa, dan mereka mencari gencatan senjata antara pemerintahan Hamid Karzai di Kabul dan Taliban. Orang-orang ini penting dalam membantu menjembatani kesenjangan antara Taliban dan Amerika Serikat.

Haqqani's legenda
Semua komandan Afghanistan yang memimpin gerakan perlawanan terhadap Soviet, Haqqani masih tetap menjadi pahlawan. Walaupun sekarang hampir dua dekade yang lalu, Afghanistan orangtua masih menceritakan anak-anak mereka tentang para pahlawan dari masa itu: bagaimana Toran (Kolonel) Ismail Khan mengkhianati tentara komunis Afghanistan dan bergabung dengan saudara-saudaranya di Afganistan melawan, dan bagaimana Haqqani menolak untuk tinggal di Peshawar di Pakistan, lebih suka pegunungan, dari tempat ia diculik prajurit Soviet, menyergap konvoi mereka dan akhirnya merebut kota Afghanistan pertama dari rezim komunis Afghanistan - Khost pada tahun 1991.

Haqqani berdiri keluar dari mujahidin lain ketika ia tidak pernah disalahkan untuk warlordism, dan ia tampaknya benar-benar didedikasikan untuk penyebab perdamaian di Afghanistan. Ketika Taliban muncul pertama dia adalah orang yang paling kuat dari daerah, dan Taliban tidak dapat mengalahkannya. Tetapi ia menyerah tanpa syarat dan mendukung Taliban sebagai pekerja biasa. Sebagai hasilnya, dalam tahap awal, ia adalah satu-satunya non-Taliban untuk dijadikan menteri. Ketika Taliban mundur dari Kabul pada akhir 2001, dia adalah menteri untuk perbatasan.

Ketika itu menjadi jelas bahwa pemerintahan Karzai tidak memiliki kredibilitas yang memadai di seluruh negeri untuk stempel otoritas dan membawa perdamaian, ide tumbuh untuk meminta Taliban moderat. Haqqani adalah target utama pada beberapa kesempatan, yang paling baru yang sedang ditawari perdana menteri di bawah Karzai. Dia telah dengan tegas menolak semua pendekatan.

Dalam menghadapi rebuffs ini, saudaranya Ibrahim ditahan, dan kemudian salah seorang putranya, Ishaq, juga ditangkap dari Waziristan Utara dan masih dalam penjara Pakistan. Menggunakan Ibrahim dan Ishaq sebagai keripik tawar-menawar, baik US Central Intelligence Agency dan Pakistan's Inter Services Intelligence (ISI) telah mengirim pesan kepada Haqqani, meminta gencatan senjata. Tetapi sampai sekarang dia belum berubah posisinya.

Sekarang ia adalah mesin utama dalam gerakan Taliban. Baru-baru ini, pasukan Amerika menyeberang ke wilayah Pakistan di Waziristan Utara mencari Haqqani, tetapi dia tidak dapat ditemukan. Perlu dicatat bahwa Angkatan Darat Pakistan's Inter-Service Humas membantah misi seperti itu, meskipun Asia Times Online sumber bersikeras hal itu terjadi.

Sebuah cerita anak
Jalaluddin Haqqani adalah seorang pria kurus bertubuh kecil, dan begitu juga anak bersuara lembut Siraj, yang bertemu koresponden ini di tempat yang tak dikenal di perbatasan Pakistan-Afghanistan untuk membahas hal yang tersembunyi dalam gerakan perlawanan Taliban sekarang.

Asia Times Online: Dalam Waziristan Utara, aku mengunjungi Manbaul Ulom seminari dan milik ayahmu. Telah ditutup, dan rumah-rumah kosong. Bagaimana perasaan Anda?

Siraj: Ini adalah masalah kebanggaan, bukan rasa malu. Seminari itu tidak tertutup untuk semua hal yang buruk, tapi demi jihad.

Atol: Di Irak, gerakan perlawanan telah diderita korban tinggi pada pasukan AS. Perlawanan semacam ini tidak terlihat di Afghanistan. Mengapa?

Siraj: Lebih dari 100.000 pasukan asing ditempatkan di Irak dan mereka berada di setiap sudut dan sudut. Ini tidak terjadi di Afghanistan. Pasukan itu sedikit jumlahnya, dan tersembunyi di pangkalan mereka. Oleh karena itu, angka korban rendah.

Atol: Apakah ini berarti bahwa seluruh gerakan tanpa arah, dan tidak tahu ke mana harus mendapatkan musuh?

Siraj: Ini tidak terjadi. Dengan berlalunya waktu telah terjadi beberapa perkembangan. Terpenting adalah dukungan [bagi Taliban] di antara warga Afghanistan yang merupakan bagian dari pemerintah Afghanistan. Pasukan AS di Afghanistan menyadari fakta ini, dan karena itu, selain sesekali serangan komando, jangan patroli di Afghanistan. Mereka menyadari bahwa mereka tidak menikmati dukungan dari bangsa Afghanistan, dan hanya dengan dolar mereka bahwa mereka membeli beberapa tentara bayaran, yang, juga, dalam kenyataannya, adalah dengan gerakan perlawanan. Manifestasi dari fakta ini adalah laporan yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang secara jelas menggariskan bahwa 70 kabupaten di Afghanistan berada di bawah kontrol Taliban.

Atol: Saya mendengar bahwa Jalaluddin Haqqani ditawari gencatan senjata oleh Amerika Serikat melalui ISI, sebagai imbalan atas mana ia akan menjadi perdana menteri.

Siraj: seperti menawarkan juga baru-baru ini dilakukan melalui teman-temannya. Tapi dia mengajukan beberapa pertanyaan: "Setelah begitu banyak pembunuhan terhadap warga Afghanistan, melalui 'daisy cutter bom' dan sebagainya, akan aku duduk di pemerintahan di bawah komando Amerika Serikat? Jika saya melakukan ini, apakah saya akan sama dengan yang bertempur melawan Rusia, dan melihat ribuan teman-teman saya memberikan pengorbanan di jalan jihad? " Haqqani menolak tawaran itu.

Namun, beberapa teman masih bersikeras memulai perundingan langsung dengan Amerika Serikat, tetapi ayah saya tidak dapat melakukannya tanpa persetujuan dari ameerul momeneen [kepala faithfuls - Mullah Omar].

Saat ini, Taliban berkuasa, tetapi ada masalah dalam bahwa kita telah kehilangan perintah pusat. Kami memiliki banyak komandan yang sukses, tetapi sebagai pusat komando tidak ada untuk memberi hari-hari keputusan dan kebijakan, kami belum dapat melanjutkan dengan sangat baik sejauh ini dengan strategi kami. Juga, dengan tidak adanya semacam perintah pusat, sulit untuk membahas semua usulan ini datang kepada kita dengan para komandan.

Atol: Taliban diketahui mempunyai rencana untuk ofensif musim semi, yang sebagian akan melibatkan menangkap kota-kota besar menunjukkan kekuatan mereka. Tapi mereka hanya akan mengambil kota-kota selama beberapa jam, dan kemudian mundur (karena supremasi udara AS).

Siraj: Taliban memiliki kemampuan untuk mengambil semua kota Afghanistan sekaligus, tapi kami tidak ingin membuat warga sipil yang kambing hitam terhadap pemboman AS. Kami sedang bekerja pada beberapa strategi, dan dalam hitungan dua bulan Anda akan melihat beberapa perkembangan drastis.

[Jumlah Taliban terlibat dalam perang gerilya di Afghanistan diyakini berada dalam ribuan, tetapi di bawah 10.000. Namun, untuk operasi seperti mengambil sebuah kota, jumlah mereka akan meningkat secara signifikan oleh penduduk setempat, yang, setelah pertempuran berakhir, meleleh kembali ke penduduk.]

Seorang panglima perang dan kepala Taliban di Waziristan Utara, Jalaluddin Haqqani yang diyakini sebagai arsitek serangan Taliban saat ini di AS dan pasukan koalisi di Afghanistan dan dia dipuji karena memperkenalkan taktik baru - bom bunuh diri.

Haqqani telah memiliki sejarah panjang dengan Saudi, Amerika dan badan-badan intelijen Pakistan. Selama jihad Afghanistan melawan Soviet, ia adalah salah satu komandan yang disukai dan menerima jutaan dolar dari Barat dan Saudi, serta rudal Stinger, granat roket, mortir, bahan peledak dan tank. Ia menjadi dekat dengan Osama bin Laden selama jihad dan setelah Taliban mengambil kendali, ia menjabat sebagai menteri urusan suku dalam pemerintah. Dia telah bekerja dengan intelijen Pakistan selama lebih dari 20 tahun; Amerika Serikat telah berulang kali meminta Pakistan untuk menangkap atau membunuh dia.

Di sini, jurnalis Steve Coll berbicara tentang kebangkitan Haqqani untuk terkenal dan menjelaskan mengapa, tak lama setelah 9 / 11, Amerika Serikat dan Pakistan dianggap mencoba membujuk Haqqani untuk beralih sisi. Juga berbicara tentang Haqqani - dan apakah pemerintah Pakistan yang tahu di mana dia berada - adalah Petrus Tomsen, yang menjabat sebagai utusan AS untuk Afghanistan dari 1989-1992; Munir Akram, Duta Besar Pakistan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa; wartawan Ismail Khan; dan Nek Zaman , pro-Taliban pemimpin suku dan anggota Kongres dari Waziristan Utara.



* Video
*

"The Story of a Warlord"
Bab Lima dari laporan FRONTLINE Haqqani menceritakan cerita dan dapat dilihat pada situs ini.
* Related Link
* Melalui Mata Taliban
Wawancara dengan putra Haqqani di mana ia menjelaskan mengapa ayahnya menolak tawaran Amerika Serikat dan Pakistan untuk beralih sisi setelah 9 / 11. Dia mengatakan ayahnya tidak akan berunding dengan Amerika Serikat tanpa pemimpin tertinggi Taliban Mullah Omar izin. (Asia Times Online, 5 Mei 2004)

Penulis, Ghost Wars
membaca wawancara lengkap

Steve Coll

Jalaluddin Haqqani ... adalah sosok yang sangat penting pada 1980-an. Dia adalah seorang terlambat mengkonversi ke Taliban, dan dia telah memiliki panjang dan hubungan yang sangat dekat dengan ISI dan terutama dengan biro Afghanistan ISI.

Selama tahun 1980-an, Haqqani menerima saham luar biasa yang didanai CIA dan didanai Saudi-materi perang yang dikirim ke Afghan depan. Selama tahun 1990-an, ia tetap komandan yang sangat penting dan juga pengumpulan dana karena koneksi di Teluk Persia. Dia adalah seorang pejuang yang berpikiran independen, dan Taliban ingin dia di pihak mereka. Pada tahap tertentu pada 1990-an, ia setuju untuk jenis terbang di bawah bendera Taliban, dan ia menjadi, pada akhirnya, interior menteri dalam pemerintahan Taliban.

Tapi selalu ada pertanyaan tentang apakah benar-benar Haqqani Taliban, karena ia tidak keluar dari Kandahar, ia bukan bagian dari kelompok inti. Dan itu cukup masuk akal untuk percaya setelah 9 / 11 bahwa mungkin ia dapat membalik.

Pada saat ini bahwa Amerika Serikat dan Pakistan mulai berpikir tentang, yah, bagaimana kita akan mengalahkan militer Taliban, gagasan untuk mengubah Haqqani membujuk pihak cepat terjadi kepada mereka. Mereka memanggil dia ke Pakistan, dan mereka memiliki serangkaian pertemuan dengan dia, yang isinya tidak diketahui. Ada beberapa harapan bahwa dia akan, untuk uang atau demi kebijakan Pakistan yang baru, mengubah kesetiaan. Tapi ia tidak. Dia pergi tanpa gangguan, pergi kembali ke perbatasan Afghanistan, dan telah melancarkan perang sejak itu, dalam beberapa pengertian, terhadap kedua Pakistan dan Amerika Serikat.

Sekarang, ISI petugas yang bekerja dengan Haqqani, yang telah menjadi mitra selama jangka waktu yang panjang, kesetiaan mereka jelas-jelas dibagi pada saat yang sama Haqqani sendiri sedang berusaha untuk membuat keputusan. Saya pikir ini cukup masuk akal untuk menganggap bahwa keputusan yang Haqqani dibuat untuk menolak perjanjian ini, untuk yang berlaku mengkhianati Taliban, bahwa perasaan yang dianut oleh banyak rekan-rekannya di dalam ISI. ...

Jalaluddin Haqqani telah sangat lama dan akrab akar, dan sejarah panjang dengan bin Laden secara pribadi. Ketika Al-Qaeda dibentuk di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan pada musim panas 1988, kamp pertama di wilayah Haqqani. Infrastruktur pertama Al-Qaeda pada dasarnya diawasi oleh Haqqani. Haqqani sendiri mengumpulkan uang berulang kali di Arab Saudi dan sudah kaya kontak dengan pejuang Arab yang datang ke wilayah. Dia adalah pelindung Afghanistan mereka dalam banyak cara.

Dia adalah seorang pejuang yang efektif luar biasa, dan dia juga memiliki manfaat dari dukungan yang disukai dari ISI dan CIA, dalam hal ini, sampai akhir Komunis anti-perang di Afghanistan.

Jadi bin Laden dan Haqqani akan saling mengenal selama 15 tahun oleh waktu Bin Laden datang menyeberangi perbatasan setelah Tora Bora.

Jadi dia lari ke dalam pelukan seorang teman?

Seorang saudara.

Dan Haqqani berbasis di Miram Shah, di Waziristan Utara?

Di daerah itu. Dia selalu didasarkan kanan sekitar Miram Shah.

Dia Pakistan atau Afghanistan?

Dia seorang Afghanistan yang memiliki kredibilitas dalam hal identitas sosial di daerah Shah Miram, tapi kebanyakan dia mendapatkan reputasinya dengan menjadi yang luar biasa efektif, berani dan ulet pejuang perang. Dia berjuang Komunis di daerah itu sekitar Miram Shah ... sangat efektif.

Dia berada di bawah api sendiri, terluka, dirawat di rumah sakit di Teluk Persia, kembali ke medan. Aku berpikir banyak Saudi dan Arab Teluk lainnya yang akan bertemu dengannya di haji, di mana ia akan mengumpulkan uang di tenda-tenda di Mekkah, ia adalah simbol dari Afghanistan keberanian dan kemandirian dalam menghadapi pendudukan Soviet. Dia datang untuk memahami melalui akuisisi sendiri bahasa Arab dan sering berkunjung ke Arab Saudi bahwa reputasinya adalah sesuatu yang bisa membawanya ke sumber daya yang banyak saingannya komandan tidak bisa miliki.

CIA dan ISI pada akhir '80-an juga melihat Haqqani sebagai komandan yang sangat efektif melawan pasukan Soviet. Ia bersedia untuk berperang. Dia tidak pergi ke banyak pertemuan; dia mungkin sedikit kasar, tetapi Amerika akan naik ke Miram Syah dan duduk bersila di pertemuan dengan dia sebagai uang tunai dan senjata-senjata itu diarahkan jalannya. Mereka datang pergi dengan kesan yang mirip dengan peziarah di haji: Ini adalah seorang pejuang perang Afghan. Ini yang berpikiran independen, berbahaya, tetapi seseorang kita bisa melakukan bisnis dengan. Haqqani menerima banyak dukungan.

Pada saat yang sama, ia mengendalikan wilayah ini sekitar selatan Khyber Pass ... yang jelas titik persimpangan sukarelawan seperti bin Laden, yang berbasis di Peshawar. Ini bukan suatu kebetulan bahwa kamp-kamp yang pertama diciptakan bin Laden di Afghanistan, Lion's Den dan beberapa infrastruktur yang terkait bahwa ia mulai membangun, berada di wilayah Haqqani.

Utusan khusus AS dan duta besar di Afganistan, 1989-1992
membaca wawancara lengkap

Peter Tomsen

[Haqqani] adalah klien kami.

Kanan. Dia juga klien ISI.

Dan CIA membangun banyak kemampuannya.

Ya.

Melalui ISI.

Ya.

[Dia] telah menjadi rekan bin Laden untuk waktu yang lama, bukan?

Ya, sangat dekat dengan bin Laden. ... Haqqani adalah komandan militer utama Taliban. Dia memimpin banyak kampanye destruktif yang menghancurkan Plain Shomali utara Kabul, yang telah dikuasai Aliansi Utara sebelumnya.

Dia adalah seorang pejuang yang baik?

Dia adalah seorang pejuang yang baik. ... Dia adalah seorang mullah lokal selama jihad, tapi orang yang punya hubungan klien-patron dengan ISI. Seperti komandan lain, ia akan pergi ke markas ISI di Peshawar dan secara berkala bertemu dengan ISI jenderal atau kolonel.

Dia juga datang ke Islamabad untuk rapat.

Dia akan datang ke Islamabad untuk pertemuan, tetapi ia akan selalu berada di luar selama lebih - sesuatu untuk menarik lebih banyak persenjataan, lebih banyak uang untuk dirinya sendiri sebagai ratusan komandan lainnya coba lakukan. Dan ISI akan duduk di kantor mereka dan katakan padanya, "Yah, kita akan memberikan banyak untuk ini ini banyak laki-laki, dan kami ingin Anda untuk mengambil serangan khusus ini."

Bersama-sama mereka akan mendiskusikan rencana ISI selama beberapa bulan, yang Haqqani kemudian akan melaksanakan. Dia tidak akan merancang strategi sendiri. Ia akan diperintahkan oleh ISI pada apa yang harus dia lakukan. Dan komandan lain akan juga.

Dalam serangan di Khost pada bulan Januari 1991, yang merupakan benteng komunis besar pertama jatuh setelah Soviet tersisa ... ada perwira ISI diposisikan dengan kelompok-kelompok mujahidin yang berbeda, yang tidak mau bekerja sama dengan satu sama lain dalam serangan umum, karena perbedaan mereka. Namun, perwira ISI dikerahkan dengan masing-masing kelompok ... [termasuk] dengan kelompok Haqqani.

ISI terus mereka bersama-sama?

ISI akan membuat mereka tetap bersama-sama, dan ISI akan memiliki komunikasi yang terpisah, para perwira, sebelum serangan. Mereka akan menyediakan semua persenjataan untuk menyerang. Mereka akan membantu posisi itu untuk menyerang.

[Apakah ISI tahu di mana Haqqani ini?]

ISI tahu persis di mana Osama bin Laden adalah, al-Zawahiri adalah. ... Mereka tahu di mana Haqqani ini.

Duta besar Pakistan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa
membaca wawancara lengkap

Munir Akram

Jalaluddin Haqqani - mengapa kau tidak menangkapnya?

Well, saya pikir Jalaluddin Haqqani, kalau dia sudah menemukan, aku yakin dia akan ditangkap.

Tapi ISI jelas adalah organisasi yang sangat mampu dengan meneken kesepakatan jangka panjang untuk Haqqani. Bahkan post-9/11, anda berbicara dengan dia. Kenapa tidak menangkapnya?

Yah, itu pertanyaan yang akan kita harus melihat. Menangkap dia mungkin menjadi sesuatu yang kita harus lakukan. Tapi aku tidak yakin apakah kita tahu di mana dia berada atau apakah kita mampu saat ini mendapatkan dia.

Para pejabat Amerika mengatakan bahwa itu tidak dipercaya bahwa ISI tidak bisa menangkap Haqqani, dan dengan demikian bisa mendapatkan jauh lebih dekat dengan bin Laden.

Saya tidak yakin penilaian petugas Amerika itu menjadi benar. Saya pikir situasi di lapangan bisa jauh lebih kompleks.

Tapi dia seorang ISI aset selama bertahun-tahun.

Tapi itu tidak berarti bahwa kita tahu di mana dia.
ismail kahn

Wartawan, Dawn dan The New York Times

Ismail Khan

Jalaluddin Haqqani, komandan Taliban atas, dia memiliki basis ada di Waziristan Utara, dekat Miram Shah. Dia punya rumah di sana dan masih sebuah madrasah di sana di Miram Shah. ...

Jadi dia duduk di Miram Shah? Musharraf tahu dia ada di sana?

Tidak, ia tidak tinggal di sana dirinya dalam Miram Shah. ... Dia memiliki sebuah madrasah di sana, dan aku diberitahu bahwa baru-baru ini punya rumah di sana juga. Dia sendiri tidak ada.

Ada beberapa serangan di sana, gagal penggerebekan di madrasah dan di rumahnya. Dan ada satu serangan khusus pada salah satu senyawa, dan ada cache besar senjata dan amunisi dibuang di bawah tanah. Itu digali dan truk senjata, senjata, dan amunisi itu pulih dari daerah itu.

Pro-Taliban pemimpin suku dan anggota Kongres dari Waziristan Utara

Nek Zaman

Jalaludin Haqqani. Apakah dia seorang pahlawan atau apakah dia seorang penjahat?

Itu adalah Amerika yang membuat orang ini seorang mujahid melawan Uni Soviet. Kaulah orang-orang yang mengatakan kepada kami bahwa ia adalah seorang mujahid dan pahlawan dan kita masih mengatakan bahwa ia adalah seorang mujahid dan pahlawan. Walaupun minat Anda dengan dia yang berubah, bagi kita ia masih seorang pahlawan,

Syaikh al Mujahid Ahmad Yasin



Pendiri dan Tokoh Spiritual Hamas


Beliau adalah Ahmad Ismail Yasin, dilahirkan pada tahun 1936 di desa el Jaura
pinggiran el Mijdal, selatan Jalur Gaza. Mengungsi bersama keluarganya ke Jalur
Gaza setelah perang Palestina (nakbah) tahun 1948.
Mengalami kelumpuhan total sejak muda akibat kecelakaan dalam sebuah
aktifitas oleh raga.
Bekerja sebagai guru Bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah, kemudian bertugas
sebagai khatib dan guru di masjid-masjid Gaza. Dalam masa penjajahan, dia
menjadi khatib paling populer di kalangan masyarakat Jalur Gaza karena
kekuatan argumennya dan keberaniannya dalam al haq (kebenaran).Menjadi
ketua perhimpunan Islam di Jalur Gaza
Pada tahun 1983, Syaikh Ahmad Yasin ditangkap rezim Imperialis Israel atas
tuduhan memiliki senjata, membentuk pasukan militer dan menyerukan
pelenyapan eksistensi negara Yahudi. Karenanya, beliau dihadapkan ke
mahkamah militer Israel dan divonis 13 tahun penjara.
Pada tahun 1985, beliau dibebaskan dalam rangka pertukaran tahanan antara
pihak rezim Imperialis Israel dengan PFLL (Front Rakyat untuk Pembebasan
Palestina) - Pimpinan Umum, setelah mendekam 11 bulan dalam penjara rezim
Imperialis Israel.
Bersama para kativis perlawanan islam (islamiyun) Palestina, beliau mendirikan
organisasi perlawanan, Gerakan Perlawanan Islam ”Hamas” - Palestina, di Jalur
Gaza pada tahun 1987.
Pada akhir bulan Agustus 1988, militer Imperialis Israel menyerbu rumah
kediaman beliau di Gaza. Mereka melakukan pengeledahan dan mengancam
membuangnya di atas kursi roda yang beliau duduki sehari-hari ke Libanon.
Pada malam hari tanggal 17 Mei 1989, rezim Imperialis Israel kembali
menangkap Syaikh Ahmad Yasin berserta ratusan aktivis Gerakan Hamas, dalam
rangka upaya menghentikan perlawanan bersenjata yang terjadi ketika itu
dengan mengambil bentuk serangan dengan menggunakan as silah al abyadh
(senjata putih), yakni selain senjata api terhadap serdadu-serdadu Israel, warga
Yahudi serta penculikan terhadap agen-agen Israel.
Pada tanggal 16 Oktober 1991, mahkamah militer Imperialis Israel mengeluarkan
keputusan dengan memvonis Syaikh Ahmad Yasin berupa penjara seumur hidup
ditambah 15 tahun, setelah disodorkan daftar tuduhan sebanyak sembilan item.
Di antaranya seruan (provokasi) penculikan dan pembunuhan terhadap serdaduserdadu
Imperialis Israel, pendirian Gerakan Hamas beserta sayap militer dan
dinas keamanannya.
Di samping menderita kelumpuhan total, Syaikh Ahmad Yasin juga menderita
beberapa penyakit lain. Di antaranya, kebutaan di mata kirinya dan lemah
pandangan di mata kanannya akibat penyiksaan yang beliau alami saat menjalani
penyidikan, menderita radang telinga cukup kronis, alergi paru-paru, beberapa
penyakit dan peradangan dalam dan usus. Kondisi penahanan yang buruk yang
dialami Syaikh Ahmad Yasin menyebabkan merosotnya kondisi kesehatannya,
sehinggga harus dipindahkan ke rumah sakit beberapa kali. Kondisi kesehatan
Syaikh Ahmad Yasin terus menurun akibat penahanan dan tidak adanya
pelayanan kesehatan yang memadai.
Pada tanggal 13 Desember 1992, sekelompok sukarelawan berani mati (fida’i)
dari Brigade Izzuddin al Qassam menculik seorang serdadu militer Imperialis
Israel. Brigade Izzuddin al Qassam menuntut pelepasan serdadu Israel tersebut
dengan kompensasi pembebasan Syaikh Ahmad Yasin dan beberapa tawanan di
penjara rezim Imperialis Israel, di antara mereka ada sedang menderita sakit,
orang lanjut usia serta beberapa tawanan Arab yang ditangkap militer Imperialis
Israel di Lebanon. Namun pihak Imperialis Israel menolak tuntutan tersebut,
bahkan balik melancarkan serangan ke lokasi penahanan serdadu Israel tersebut,
sehingga menyebabkan kematiannya serta kematian komandan kesatuan
penyerangan pasukan Imperialis Israel dalam penyerangan tersebut, sebelum
syahidnya para pahlawan sukarelawan berani mati di dalam rumah yang berlokasi
di desa Beir Nebala, dekat Jerusalem.
Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syaikh Ahmad Yasin dibebaskan berkat
perjanjian yang berlangsung antara Jordania dan rezim Imperialis Israel, dengan
kompensasi penyerahan dua agen (antek) Zionis yang tertangkap di Jordan
setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap al-Akh Khalid Misy'al,
Kepala Biro Politik Hamas di Amman.
Senin, 22 Maret 2004, pesawat-pesawat tempur milik Israel, membidik seorang
tua yang didorong di atas kursi roda, usai menunaikan Shalat Subuh di sebuah
masjid di Desa el-Sobra, Gaza. Dengan melepaskan tiga rudal dari pesawat heli
itu, pemimpin dan pendiri Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Syeikh Ahmad
Yasin (1936-2004), ditembak secara biadab oleh pasukan Zionis Israel. Ikut
menjadi korban meninggal dunia lainnya adalah Mukmin Al-Yazori (28 tahun),
Amer Ahmad Abdul 'Al (25 tahun), Rateb Abdurrahman Al-'Alon (52 tahun),
Khumaes Sami Mushtahi (32 tahun), Rabe Abdul Hayyi Abdul Al (15 tahun) dan
empat lainnya yang belum diketahui identitasnya. Sementara ada 16 lainnya
terluka, diantarannya dua anak Syeikh Yasin, Abdul Hamed dan Abdul Ghani
serta seorang pemuda lagi dari keluarga Zaqut.

Tuesday, March 30, 2010

Sa'ad bin Abi Waqqas



Ia berasal dari klan Bani Zuhrah dari suku Quraisy[1], dan paman Nabi Muhammad dari garis pihak ibu. Ia memiliki putera bernama Umar bin Sa'ad, pemimpin dari pasukan yang membunuh Husain bin Ali pada Peristiwa Karbala. Abdurrahman bin Auf, sahabat nabi yang lain, merupakan sepupu.[2]
Saad lahir dan besar di kota Mekkah. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan singa muda. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianut masyarakatnya. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu.
Awal masuk Islam
Suatu hari dalam hidupnya, ia didatangi sosok Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Sa'ad menemui Nabi Muhammad di sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan Sa'ad yang saat itu baru berusia 20 tahun.
Ia pun segera menerima undangan Nabi Muhammad SAW untuk menjadi salah satu penganut ajaran Islam yang dibawanya. Sa'ad kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.
Sa'ad sendiri secara tidak langsung memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW. Ibunda rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad yaitu dari Bani Zuhrah. Karena itu Saad juga sering disebut sebagai Sa'ad of Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah, untuk membedakannya dengan Sa'ad-Sa'ad lainnya.
Namun keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibunda Sa'ad menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah. Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Sa'ad kembali ke agama lamanya. Namun Sa'ad berkata bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa pada sang ibu, namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW jauh lebih besar lagi.
Mendengar kekerasan hati Sa'ad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Sa'ad bin Abi Waqqas. Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim mengungsi ke bukit jika hendak menunaikan shalat. Kaum Quraisy selalu mengalangi mereka beribadah.
Saat tengah shalat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan tidak tahan, Sa'ad bin Abi Waqqas yang memukul salah satu orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat Islam.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy seperti yang difirmankan Allah SWT dalam al-Qur'an Surah Al-Muzzammil ayat 10. Cukup lama kaum Muslim menahan diri. Baru beberapa dekade kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan perlawanan fisik kepada para orang kafir. Di barisan pejuang Islam, nama Sa'ad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak utamanya.
Ia terlibat dalam Pertempuran Badar bersama saudaranya yang bernama Umair bin Abi Waqqas yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada Pertempuran Uhud, bersama Zaid, Sa'ad terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Saad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka. Sa'ad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan Islam.
Sa'ad juga merupakan salah satu sahabat yang dikarunai kekayaan yang juga banyak digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal karena keberaniannya dan kedermawanan hatinya. Sa'ad hidup hingga usianya menjelang delapan puluh tahun. Menjelang wafatnya, Sa'ad meminta puteranya untuk mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. Kafani aku dengan jubah ini karena aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini,ujarnya.
[sunting] Memimpin Perang melawan Kekaisaran Persia
Penolakan kaisar Persia membuat air mata Sa'ad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan non Muslim.
Kepahlawanan Sa'ad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Bersama tiga ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.
Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan Muslim, pasukan Persia yang siap tepur berjumlah 12O ribu orang dibawah panglima perang kenamaan mereka, Rustum.
Sebelum memulai peperangan, atas instruksi Umar bin Khattab yang menjadi khalifah saat itu, Sa'ad mengirim surat kepada kaisar Persia, Yazdagird dan Rustum, yang isinya undangan untuk masuk Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat adalah An-Numan bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan Yazdagird.
Untuk mengirim surat kepada Rustum, Sa'ad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy bin Aamir. Kepada Rubiy, Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahwa Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik yaitu surga.
Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Sa'ad bercucuran karena ia terpaksa harus berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan non Muslim.
Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit karena tidak kuat menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Sa'ad tahu pasti, bahwa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa.
Ketika tengah berpikir, Sa'ad akhirnya tahu bahwa ia tetap harus berjuang. Karena itu, meskipun terbaring sakit, Sa'ad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di depan pasukan Muslim, Saad mengutip Alquran Surah Al-Anbiya' ayat 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang shaleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.
Setelah itu, Sa'ad berganti pakaian kemudian menunaikan sholat Dzuhur bersama pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Sa'ad bersama pasukan Muslim memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Persia. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.

Salahuddin Al-Ayyubi (532 H - 589 H)


SALAHUDDIN AL-AYYUBI
Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub dilahirkan di Takrit Irak
pada tahun 532 Hijrah /1138 Masihi dan wafat pada tahun 589
H/1193 M di Damsyik. Beliau adalah pengasas Daulah Al-
Ayyubiyah dan bergelar Sultan Shalahuddin. Seorang pahlawan
Islam yang paling gagah berani dalam perang Salib dan berhasil
merebut kembali Baitul Maqdis dari tangan kaum Salib Kristian.


Namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.

Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui "Siratun Nabawiyah". Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.

Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.

Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang Islam.

Seorang penulis Barat berkata, "Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin".

"Setiap cara dan jalan ditempuh", kata Hallam guna membangkitkan kefanatikan itu. Selagi seorang tentara Salib masih menyandang lambang Salib, mereka berada di bawah lindungan gereja serta dibebaskan dari segala macam pajak dan juga untuk berbuat dosa.

Peter The Hermit sendiri memimpin gelombang serbuan yang kedua terdiri dari empat puluh ribu orang. Setelah mereka sampai ke kota Malleville mereka menebus kekalahan gelombang serbuan pertama dengan menghancurkan kota itu, membunuh tujuh ribu orang penduduknya yang tak bersalah, dan melampiaskan nafsu angkaranya dengan segala macam kekejaman yang tak terkendali. Gerombolan manusia fanatik yang menamakan dirinya tentara Salib itu mengubah tanah Hongaria dan Bulgaria menjadi daerah-daerah yang tandus.

"Bilamana mereka telah sampai ke Asia Kecil, mereka melakukan kejahatan-kejahatan dan kebuasan-kebuasan yang membuat alam semesta menggeletar" demikian tulis pengarang Perancis Michaud.

Gelombang serbuan tentara Salib ketiga yang dipimpin oeh seorang Rahib Jerman, menurut pengarang Gibbon terdiri dari sampah masyarakat Eropa yang paling rendah dan paling dungu. Bercampur dengan kefanatikan dan kedunguan mereka itu izin diberikan guna melakukan perampokan, perzinaan dan bermabuk-mabukan. Mereka melupakan Konstantin dan Darussalam dalam kemeriahan pesta cara gila-gilaan dan perampokan, pengrusakan dan pembunuhan yang merupakan peninggalan jelek dari mereka atas setiap daerah yang mereka lalui" kata Marbaid.

Gelombang serbuan tentara Salib keempat yang diambil dari Eropa Barat, menurut keterangan penulis Mill "terdiri dari gerombolan yang nekat dan ganas. Massa yang membabi buta itu menyerbu dengan segala keganasannya menjalankan pekerjaan rutinnya merampok dan membunuh. Tetapi akhirnya mereka dapat dihancurkan oleh tentara Hongaria yang naik pitam dan telah mengenal kegila-gilaan tentara Salib sebelumnya.

Tentara Salib telah mendapat sukses sementara dengan menguasai sebagian besar daerah Syria dan Palestina termasuk kota suci Yerusalem. Tetapi Kemenangan-kemenangan mereka ini telah disusul dengan keganasan dan pembunuhan terhadap kaum Muslimin yang tak bersalah yang melebihi kekejaman Jengis Khan dan Hulagu Khan.

John Stuart Mill ahli sejarah Inggris kenamaan, mengakui pembunuhan-pembunuhan massal penduduk Muslim ini pada waktu jatuhnya kota Antioch. Mill menulis: "Keluruhan usia lanjut, ketidakberdayaan anak-anak dan kelemahan kaum wanita tidak dihiraukan sama sekali oleh tentara Latin yang fanatik itu. Rumah kediaman tidak diakui sebagai tempat berlindung dan pandangan sebuah masjid merupakan pembangkit nafsu angkara untuk melakukan kekejaman. Tentara Salib menghancurleburkan kota-kota Syria, membunuh penduduknya dengan tangan dingin, dan membakar habis perbendaharaan kesenian dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga, termasuk "Kutub Khanah" (Perpustakaan) Tripolis yang termasyhur itu. "Jalan raya penuh aliran darah, sehingga keganasan itu kehabisan tenaga," kata Stuart Mill. Mereka yang cantik rupawan disisihkan untuk pasaran budak belian di Antioch. Tetapi yang tua dan yang lemah dikorbankan di atas panggung pembunuhan.

Lewat pertengahan abad ke-12 Masehi ketika tentara Salib mencapai puncak kemenangannya dan Kaisar Jerman, Perancis serta Richard Lionheart Raja Inggris telah turun ke medan pertempuran untuk turut merebut tanah suci Baitul Maqdis, gabungan tentara Salib ini disambut oleh Sultan Shalahuddin al Ayyubi (biasa disebut Saladin), seorang Panglima Besar Muslim yang menghalau kembali gelombang serbuan umat Nasrani yang datang untuk maksud menguasai tanah suci. Dia tidak saja sanggup untuk menghalau serbuan tentara Salib itu, akan tetapi yang dihadapi mereka sekarang ialah seorang yang berkemauan baja serta keberanian yang luar biasa yang sanggup menerima tantangan dari Nasrani Eropa.

Siapakah Shalahuddin? Bagaimana latar belakang kehidupannya?

Shalahuddin dilahirkan pada tahun 1137 Masehi. Pendidikan pertama diterimanya dari ayahnya sendiri yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Di samping itu pamannya yang terkenal gagah berani juga memberi andil yang tidak kecil dalam membentuk kepribadian Shalahuddin, yakni Asaduddin Sherkoh. Kedua-duanya adalah pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.

Asaduddin Sherkoh, seorang jenderal yang gagah berani, adalah komandan Angkatan Perang Syria yang telah memukul mundur tentara Salib baik di Syria maupun di Mesir. Sherkoh memasuki Mesir dalam bulan Februari 1167 Masehi untuk menghadapi perlawanan Shawer seorang menteri khalifah Fathimiyah yang menggabungkan diri dengan tentara Perancis. Serbuan Sherkoh yang gagah berani itu serta kemenangan akhir yang direbutnya dari Babain atas gabungan tentara Perancis dan Mesir itu menurut Michaud �memperlihatkan kehebatan strategi tentara yang bernilai ringgi.�

Ibnu Aziz AI Athir menulis tentang serbuan panglima Sherkoh ini sebagai berikut: "Belum pernah sejarah mencatat suatu peristiwa yang lebih dahsyat dari penghancuran tentara gabungan Mesir dan Perancis dari pantai Mesir, oleh hanya seribu pasukan berkuda".

Pada tanggal 8 Januari 1169 M Sherkoh sampai di Kairo dan diangkat oleh Khalifah Fathimiyah sebagai Menteri dan Panglima Angkatan Perang Mesir. Tetapi sayang, Sherkoh tidak ditakdirkan untuk lama menikmati hasil perjuangannya. Dua bulan setelah pengangkatannya itu, dia berpulang ke rahmatullah.

Sepeninggal Sherkoh, keponakannya Shalahuddin al-Ayyubi diangkat jadi Perdana Menteri Mesir. Tak seberapa lama ia telah disenangi oleh rakyat Mesir karena sifat-sifatnya yang pemurah dan adil bijaksana itu. Pada saat khalifah berpulang ke rahmatullah, Shalahuddin telah menjadi penguasa yang sesungguhnya di Mesir.

Di Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 Masehi dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh. Sultan muda ini diperalat oleh pejabat tinggi yang mengelilinginya terutama (khususnya) Gumushtagin. Shalahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya. Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama raja itu dalam khotbah-khotbah Jumatnya dan mata uangnya. Tetapi segala macam bentuk perhatian ini tidak mendapat tanggapan dari raja muda itu berserta segenap pejabat di sekelilingnya yang penuh ambisi itu. Suasana yang meliputi kerajaan ini sekali lagi memberi angin kepada tentara Salib, yang selama ini dapat ditahan oleh Nuruddin Mahmud dan panglimanya yang gagah berani, Jenderal Sherkoh.

Atas nasihat Gumushtagin, Malikus Saleh mengundurkan diri ke kota Aleppo, dengan meninggalkan Damaskus diserbu oleh tentara Perancis. Tentara Salib dengan segera menduduki ibukota kerajaan itu, dan hanya bersedia untuk menghancurkan kota itu setelah menerima uang tebusan yang sangat besar. Peristiwa itu menimbulkan amarah Shalahuddin al-Ayyubi yang segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu.

Setelah ia berhasil menduduki Damaskus dia tidak terus memasuki istana rajanya Nuruddin Mahmud, melainkan bertempat di rumah orang tuanya. Umat Islam sebaliknya sangat kecewa akan tingkah laku Malikus Saleh. dan mengajukan tuntutan kepada Shalahuddin untuk memerintah daerah mereka. Tetapi Shalahuddin hanya mau memerintah atas nama raja muda Malikus Saleh. Ketika Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 1182 Masehi, kekuasaan Shalahuddin telah diakui oleh semua raja-raja di Asia Barat.

Diadakanlah gencatan senjata antara Sultan Shalahuddin dan tentara Perancis di Palestina, tetapi menurut ahli sejarah Perancis Michaud: "Kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya, sedangkan golongan Nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi peperangan." Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.

Lantaran peristiwa itu Sultan sekarang bebas untuk bertindak. Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Shalahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin pada tahun 1187 M serta menghancurkannya dengan kerugian yang amat besar. Sultan tidak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat dia telah dapat merebut kembali sejumlah kota yang diduduki kaum Nasrani, termasuk kota-kota Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa dan Beirut. Demikian juga Ascalon telah dapat diduduki Shalahuddin sehabis pertempuran yang singkat yang diselesaikan dengan syarat-syarat yang sangat ringan oleh Sultan yang berhati mulia itu.

Sekarang Shalahuddin menghadapkan perhatian sepenuhnya terhadap kota Jerusalem yang diduduki tentara Salib dengan kekuatan melebihi enam puluh ribu prajurit. Ternyata tentara salib ini tidak sanggup menahan serbuan pasukan Sultan dan menyerah pada tahun 1193. Sikap penuh perikemanusiaan Sultan Shalahuddin dalam memperlakukan tentara Nasrani itu merupakan suatu gambaran yang berbeda seperti langit dan bumi, dengan perlakuan dan pembunuhan secara besar-besaran yang dialami kaum Muslimin ketika dikalahkan oleh tentara Salib sekitar satu abad sebelumnya.

Menurut penuturan ahli sejarah Michaud, pada waktu Jerusalem direbut oleh tentara Salib pada tahun 1099 Masehi, kaum Muslimin dibunuh secara besar-besaran di jalan-jalan raya dan di rumah-rumah kediaman. Jerusalem tidak memiliki tempat berlindung bagi umat Islam yang menderita kekalahan itu. Ada yang melarikan diri dari cengkeraman musuh dengan menjatuhkan diri dari tembok-tembok yang tinggi, ada yang lari masuk istana, menara-menara, dan tak kurang pula yang masuk masjid. Tetapi mereka tidak terlepas dari kejaran tentara Salib. Tentara Salib yang menduduki masjid Umar di mana kaum Muslimin dapat bertahan untuk waktu yang singkat. mengulangl lagi tindakan-tindakan yang penuh kekejaman. Pasukan infanteri dan kavaleri menyerbu kaum pengungsi yang lari tunggang langgang. Di tengah-tengah kekacaubalauan kaum peenyerbu itu yang terdengar hanyalah erangan dan teriakan maut. Pahlawan Salib yang berjasa itu berjalan menginjak-injak tumpukan mayat Muslimin, mengejar mereka yang masih berusaha dengan sia-sia melarikan diri. Raymond d' Angiles yang menyaksikan peristiwa itu mengatakan bahwa �di serambi masjid mengalir darah sampai setinggi lutut, dan sampai ke tali tukang kuda prajurit.�

Penyembelihan manusia biadab ini berhenti sejenak, ketika tentara Salib berkumpul untuk melakukan misa syukur atas kemenangan yang telah mereka peroleh. Tetapi setelah beribadah itu, mereka melanjutkan kebiadaban dengan keganasan. �Semua tawanan� kata Michaud, �yang tertolong nasibnya karena kelelahan tentara Salib yang semula tertolong karena mengharapkan diganti dengan uang tebusan yang besar, semua dibunuh dengan tanpa ampun. Kaum Muslimin terpaksa menjatuhkan diri mereka dari menara dan rumah kediaman; mereka dibakar hidup-hidup, mereka diseret dari tempat persembunyiannya di bawah tanah; mereka dipancing dari tempat perlindungannya agar keluar untuk dibunuh di atas timbunan mayat.�

Cucuran air mata kaum wanita, pekikan anak-anak yang tak bersalah, bahkan juga kenangan dari tempat di mana Nabi lsa memaafkan algojo-algojonya, tidak dapat meredakan nafsu angkara tentara yang menang itu. Penyembelihan kejam itu berlangsung selama seminggu. Dan sejumlah kecil yang dapat melarikan diri dari pembunuhan jatuh menjadi budak yang hina dina.

Seorang ahli sejarah Barat, Mill menambahkan pula: �Telah diputuskan, bahwa kaum Muslimin tidak boleh diberi ampun. Rakyat yang ditaklukkan oleh karena itu harus diseret ke tempat-tempat umum untuk dibunuh hidup-hidup. Ibu-ibu dengan anak yang melengket pada buah dadanya, anak-anak laki-laki dan perempuan, seluruhnya disembelih. Lapangan-Iapangan kota, jalan-jalan raya, bahkan pelosok-pelosok Jerusalem yang sepi telah dipenuhi oleh bangkai-bangkai mayat laki-laki dan perempuan, dan anggota tubuh anak-anak. Tiada hati yang menaruh belas kasih atau teringat untuk berbuat kebajikan.�

Demikianlah rangkaian riwayat pembantaian secara masal kaum Muslimin di Jerusalem sekira satu abad sebelum Sultan Shalahuddin merebut kembali kota suci, di mana lebih dari tujuh puluh ribu umat Islam yang tewas.

Sebaliknya, ketika Sultan Shalahuddin merebut kembali kota Jerusalem pada tahun 1193 M, dia memberi pengampunan umum kepada penduduk Nasrani untuk tinggal di kota itu. Hanya para prajurit Salib yang diharuskan meninggalkan kota dengan pembayaran uang tebusan yang ringan. Bahkan sering terjadi bahwa Sultan Shalahuddin yang mengeluarkan uang tebusan itu dari kantongnya sendiri dan diberikannya pula kemudian alat pengangkutan. Sejumlah kaum wanita Nasrani dengan mendukung anak-anak mereka datang menjumpai Sultan dengan penuh tangis seraya berkata: �Tuan saksikan kami berjalan kaki, para istri serta anak-anak perempuan para prajurit yang telah menjadi tawanan Tuan, kami ingin meninggalkan negeri ini untuk selama-lamanya. Para prajurit itu adalah tumpuan hidup kami. Bila kami kehilangan mereka akan hilang pulalah harapan kami. Bilamana Tuan serahkan mereka kepada kami mereka akan dapat meringankan penderitaan kami dan kami akan mempunyai sandaran hidup.�

Sultan Shalahuddin sangat tergerak hatinya dengan permohonan mereka itu dan dibebaskannya para suami kaum wanita Nasrani itu. Mereka yang berangkat meninggalkan kota, diperkenankan membawa seluruh harta bendanya. Sikap dan tindakan Sultan Shalahuddin yang penuh kemanusiaan serta dari jiwa yang mulia ini memperlihatkan suasana kontras yang sangat mencolok dengan penyembelihan kaum Muslimin di kota Jerusalem dalam tangan tentara Salib satu abad sebe1umnya. Para komandan pasukan tentara Shalahuddin saling berlomba dalam memberikan pertolongan kepada tentara Salib yang telah dikalahkan itu.

Para pelarian Nasrani dari kota Jerusalem itu tidaklah mendapat perlindungan oleh kota-kota yang dikuasai kaum Nasrani. �Banyak kaum Nasrani yang meninggalkan Jerusalem,� kata Mill, pergi menuju Antioch, tetapi panglima Nasrani Bohcmond tidak saja menolak memberikan perlindungan kepada mcreka, bahkan merampasi harta benda mereka. Maka pergilah mereka menuju ke tanah kaum Muslimin dan diterima di sana dengan baik. Michaud mcmberikan keterangan yang panjang lebar tentang sikap kaum Nasrani yang tak berperikemanusiaan ini terhadap para pelarian Nasrani dari Jerusalem. Tripoli menutup pintu kotanya dari pengungsi ini, kata Michaud. �Seorang wanita karena putus asa melemparkan anak bayinya ke dalam laut sambil menyumpahi kaum Nasrani yang menolak untuk memberikan pertolongan kepadanya,� kata Michaud. Sebaliknya Sultan Shalahuddin bersikap penuh timbang rasa terhadap kaum Nasrani yang ditaklukkan itu. Sebagai pertimbangan terhadap perasaan mereka, dia tidak memasuki Jerusalem sebelum mereka meninggalkannya.

Dari Jerusalem Sultan Shalahuddin mengarahkan pasukannya ke kota Tyre, di mana tentara Salib yang tidak tahu berterima kasih terhadap Sultan Shalahuddin yang telah mengampuninya di Jerusalem, menyusun kekuatan kembali untuk melawan Sultan. Sultan Shalahuddin menaklukkan sejumlah kota yang diduduki oleh tentara Salib di pinggir pantai, termasuk kota Laodicea, Jabala, Saihun, Becas, dan Debersak. Sultan telah melepas hulu balang Perancis bernama Guy de Lusignan dengan perjanjian, bahwa dia harus segera pulang ke Eropa. Tetapi tidak lama setelah pangeran Nasrani yang tak tahu berterima kasih ini mendapatkan kebebasannya, dia mengingkari janjinya dan mengumpulkan suatu pasukan yang cukup besar dan mengepung kota Ptolemais.

Jatuhnya Jerusalem ke tangan kaum Muslimin menimbulkan kegusaran besar di kalangan dunia Nasrani. Sehingga mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Perancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung kota Akkra yang tidak dapat direbut selama berapa bulan. Dalam sejumlah pertempuran terbuka, tentara Salib mengalami kekalahan dengan meninggalkan korban yang cukup besar.

Sekarang yang harus dihadapi Sultan Shalahuddin ialah berupa pasukan gabungan dari Eropa. Bala bantuan tentara Salib mengalir ke arah kota suci tanpa putus-putusnya, dan sungguh pun kekalahan dialami mereka secara bertubi-tubi, namun demikian tentara Salib ini jumlah semakin besar juga. Kota Akkra yang dibela tentara Islam berbulan-bulan lamanya menghadapi tentara pilihan dari Eropa, akhirnya karena kehabisan bahan makanan terpaksa menyerah kepada musuh dengan syarat yang disetujui bersama secara khidmat, bahwa tidak akan dilakukan pembunuhan-pembunuhan dan bahwa mereka diharuskan membayar uang tebusan sejumlah 200.000 emas kepada pimpinan pasukan Salib. Karena kelambatan dalam suatu penyelesaian uang tebusan ini, Raja Richard Lionheart menyuruh membunuh kaum Muslimin yang tak berdaya itu dengan dan hati yang dingin di hadapan pandangan mata saudara sesama kaum Muslimin.

Perilaku Raja Inggris ini tentu saja sangat menusuk perasaan hati Sultan Shalahuddin. Dia bernadzar untuk menuntut bela atas darah kaum Muslimin yang tak bersalah itu. Dalam pertempuran yang berkecamuk sepanjang 150 mil garis pantai, Sultan Shalahuddin memberikan pukulan-pukulan yang berat terhadap tentara Salib.

Akhirnya Raja Inggris yang berhati singa itu mengajukan permintaan damai yang diterima oleh Sultan. Raja itu merasakan bahwa yang dihadapinya adalah seorang yang berkemauan baja dan tenaga yang tak terbatas serta menyadari betapa sia-sianya melanjutkan perjuangan terhadap orang yang demikian itu. Dalam bulan September 1192 Masehi dibuatlah perjanjian perdamaian. Tentara Salib itu meninggalkan tanah suci dengan ransel dengan barang-barangnya kembali menuju Eropa.

"Berakhirlah dengan demikian serbuan tentara Salib itu" tulis Michaud "di mana gabungan pasukan pilihan dari Barat merebut kemenangan tidak lebih daripada kejatuhan kota Akkra dan kehancuran kota Askalon. Dalam pertempuran itu Jerman kehilangan seorang kaisarnya yang besar beserta kehancuran tentara pilihannya. Lebih dari enam ratus ribu orang pasukan Salib mendarat di depan kota Akkra dan yang kembali pulang ke negerinya tidak lebih dari seratus ribu orang. Dapatlah dipahami mengapa Eropa dengan penuh kesedihan menerima hasil perjuangan tentara Salib itu, oleh karena yang turut dalam pertempuran terakhir adalah tentara pilihan. Bunga kesatria Barat yang menjadi kebanggaan Eropa telah turut dalam pertempuran ini.

Sultan Shalahuddin mengakhiri sisa-sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya.

Tetapi sayang, dia tidaklah ditakdirkan untuk lama merasakan nikmat perdamaian. Beberapa bulan kemudian dia pulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Maret tahun 1193. "Hari itu merupakan hari musibah besar, yang belum pernah dirasakan oleh dunia Islam dan kaum Muslimin, semenjak mereka kehilangan Khulafa Ar-Rasyidin" demikian tulis seorang penulis Islam. Kalangan Istana seluruh daerah kerajaan berikut seluruh umat Islam tenggelam dalam lautan duka nestapa. Seluruh isi kota mengikuti usungan jenazahnya ke kuburan dengan penuh kesedihan dan tangisan.

Demikianlah berakhirnya kehidupan Sultan Shalahuddin, seorang raja yang sangat dalam perikemanusiaannya dan tak ada tolok bandingannya, jiwa kepahlawanan yang dimilikinya dalam sejarah kemanusiaan. Dalam pribadinya, Allah telah melimpahkan hati seorang Muslim yang penuh kasih sayang terhadap kemanusiaan dicampur dengan sangat harmonis dengan keperkasaan seorang genius dalam medan pertempuran. Utusan yang menyampaikan berita kematiannnya itu ke Baghdad membawa serta baju perangnya, kudanya, uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham sebagai milik pribadinya yang masih ketinggalan. Orang yang hidup satu zaman dengannya, serta segenap ahli sejarah sama sependapat bahwa Sultan Shalahuddin adalah seorang yang sangat lemah lembut hatinya, ramah tamah, sabar, seorang sahabat yang baik dari kaum cendekiawan dan golongan ulama yang diperlakukannya dengan rasa hormat yang mendalam serta dengan penuh kebajikan. "Di Eropa" tulis Philip K Hitti, dia telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis novel zaman sekarang, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria.

Semoga Allah melapangkan kuburnya.

Disarikan dari:

1. Shalahuddin al-Ayyubi, oleh Kwaja Jamil Ahmad (Lihat: Suara Masjid No. 91, Jumadil Akhir-Rajab 1402 H/April 1982 M)

2. The Preaching of Islam, oleh Thomas W. Arnold.

Khalid ibn al-Walid (584 - 642)


Khalid ibn al-Walid (584 - 642), atau sering disingkat Khalid bin Walid, adalah seorang panglima perang yang termahsyur dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai "pedang Allah yang terhunus". Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya.
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk diantara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Awalnya Khalid bin Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan pasukan kavalerinya. Pada saat Pertempuran Uhud, Khalidlah yang melihat celah kelemahan pasukan Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud dan menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Tetapi setelah perang itulah Khalid mulai masuk Islam.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".
Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.

Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa jenialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajardan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid diamanahkan unruk memperluas wilayah Islam dan membuat kalang kabut pasukan Romawi dan Persia. Pada tahun 636, pasukan Arab yang dipimpin Khalid berhasil menguasai Suriah dan Palestina dalam Pertempuran Yarmuk, menandai dimulainya penyebaran Islam yang cepat di luar Arab.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Khalid diberhentikan tugasnya dari medan perang dan diberi tugas untuk menjadi duta besar. Hal ini dilakukan oleh Umar agar Khalid tidak terlalu didewakan oleh kaum Muslimin pada masa itu.