Friday, April 2, 2010

‘Abdullah Bin Hudzafah As Sahmiy


‘Abdullah Ibn Hudzafah adalah salah seorang panglima yang memimpin penaklukan negeri Syam. Ia diberi tugas untuk menyerbu penduduk (kekaisaran) kota Palestina al-Hushainah yang terletak dipesisir pantai Laut Tengah. Tetapi sudah menjadi ketentuan Alloh, ‘Abdullah dan pasukannya gagal dalam salah satu pertempuran dan ia menjadi tawanan romawi.
Kaisar Romawi memanfaatkan kekalahan tentara Muslim untuk membantai tentara Muslim dan membalaskan dendamnya. Ia menyeret ‘Abdullah Ibn Hudzafah ke hadapannya. Ia ingin membujuk ‘Abdullah keluar dari agamanya dan menjauhkannya dari Islam. Kaisar Romawi mula-mula mempergunakan senjata bujuk rayu dan negosiasi. Ia mengiming-imingi dengan berbagai tawaran menggiurkan. Kaisar Romawi merayu “masuklah kamu ke dalam agama Nashrani. Aku akan memberi harta atau apa saja yang kamu inginkan.” ‘Abdullah menolak mentah-mentah tawaran itu. Kaisar Romawi berkata “masuklah agama Nashrani, aku akan mengawinkanmu dengan putriku.” Lagi-lagi ‘Abdullah menolak tawarannya. Untuk ketiga kalinya Kaisar Romawi membujuknya “masuklah agama Nashrani dan aku akan memberimu sebagian kerajaanku” untuk ketiga kalinya ‘Abdullah menolak tawarannya.
Kaisar Romawi menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan orang yang istimewa. Maka ia pun menaikkan tawarannya “masuklah agama Nashrani, aku akan memberimu separuh kerajaan dan harta bendaku.” ‘Abdullah dengan tegas menjawab “walaupun engkau berikan semua milikmu dan semua milik orang Arab, aku tidak akan keluar dari agama Muhammad SAW walau sekejap mata.” Setelah Kaisar Romawi gagal dengan segala tawarannya, ia balik mempergunakan senjata tekanan dan ancaman. “kalau kamu bersikeras, aku akan membunuhmu.” Kaisar Romawi tidak menyadari bahwa orang yang tidak mempan dengan senjata bujuk rayu dan tawaran menggiurkan , akan lebih tidak mempan lagi oleh senjata tekanan dan ancaman. Ia tidak sadar bahwa orang yang menganggap remeh dunia dan segala isinya tidak akan segan-segan untuk mengorbankan nyawa demi membela agamanya. ‘Abdullah berkata dengan lantang “lakukan semua yang engkau inginkan!”
Selanjutnya ‘Abdullah disekap pada sebuah bangunan, dengan diberi minuman keras dan daging babi. Tetapi, selama tiga hari beliau tidak menyentuhnya, walaupun selama itu harus menahan perut kosong. Hari demi hari dia lalui, dan ia hampir mati karena tidak makan.
Mereka (kaum romawi) melaporkan kepada Kaisar Romawi : “Lehernya sudah tidak berdaya, bila tidak dikeluarkan ia akan mati.” Maka Kaisar Romawi pun memerintahkan untuk membebaskan ‘Abdullah dari tempat penyekapan tersebut. Kemudian terjadilah dialog berikut :
Kaisar Romawi bertanya, “Apa yang menghalangimu untuk makan dan minum dari yang telah kami sediakan?”
‘Abdullah bin Hudzafah menjawab, “Sebenarnya, kondisi darurat telah menghalalkannya bagiku. Namun, aku tidak ingin engkau menertawakan Islam (gara-gara tindakanku).”

Kemudian Kaisar Romawi segera memerintahkan untuk menghabisi ‘Abdullah bin Hudzafah dengan cara di pancangkan pada tiang salib. Kaisar Romawi berkata kepada para pemanah : “Panahlah ke arah dekat badannya (dulu),” sembari menawarkan kenikmatan duniawi (iming-iming) kepadanya. Namun ‘Abdullah bin Hudzafah tetap menampiknya. Kemudian Kaisar Romawi memerintahkan orang-orangnya mengisi periuk dengan menyalakan api dibawahnya, dan ketika mendidih, diseretlah seorang tawanan muslim dan diceburkan kedalam periuk tersebut sehingga dagingnya matang dan tercerai berai dalam air yang bergolak hingga tinggal tulangnya yang tampak. Kemudian diceburkan lagi tawanan Muslim lain, dan ‘Abdullah menyaksikan semua pemandangan mengenaskan itu. Kaisar Romawi memerintahkan algojonya untuk menceburkan ‘Abdullah ke dalam periuk tersebut. Lalu tiba-tiba beliau (‘Abdullah bin Hudzafah) menangis. Kemudian hal ini dilaporkan kepada sang raja Kaisar Romawi, hingga Kaisar Romawi itu menganggap sahabat Rasululloh ini mulai ketakutan.
Sang raja pun segera memerintahkan kepada para pengawalnya : “Bawa ia kemari,” lalu bertanyalah sang raja kepada ‘Abdullah : “Apa yang membuatmu menangis?”
‘Abdullah bin Hudzafah menjawab, “(Aku hanya punya) satu nyawa, dan akan melayang. Tadi aku berharap memiliki nyawa sebanyak tarikan nafasku ini untuk dilemparkan ke kobaran api di jalan Alloh.” Kaisar Romawi menyadari bahwa ia telah kalah telak di hadapan ‘Abdullah, sekalipun ia memiliki kerajaan beserta isinya. Oleh karena itu Kaisar Romawi memberikan tawaran terakhir dan hal ini dia lakukan untuk menutupi rasa malunya, Kaisar Romawi pun berkata kepadanya : “Maukah engkau mencium kepalaku? dan nanti, aku akan membebaskanmu.”
‘Abdullah menimpali : “Bagaimana jika engkau bebaskan juga seluruh tawanan?” Yang saat itu tawanan Muslim berjumlah lebih dari 300 orang.
Sang raja berkata (menyanggupinya) : “Baiklah!”
Maka ‘Abdullah pun mencium kepala raja romawi tersebut dan berhasil membawa seluruh pasukan yang ditawan, kembali ke hadapan Khalifah ‘Umar bin al Khaththab.
Sesampainya di Madinnah Abdullah menceritakan kisahnya kepada Umar. Sebagian sahabat merasa keberatan dengan tindakan beliau yang mencium kepala Kaisar Romawi dan banyak yang mengejek tindakan tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa tindakan beliau telah menyelamatkan banyak tawanan kaum Muslimin. Maka ‘Umar berkata : “Sepatutnya setiap Muslim mencium kepala Ibnu Hudzafah, Dan aku yang akan memulainya,” beliau pun segera mencium kepala ‘Abdullah Ibn Hudzafah, dan diikuti oleh sahabat yang lain.

Diambil dari “101 Kisah Teladan” karangan Muhammad Al-Jundi

No comments:

Post a Comment