Friday, April 2, 2010

Said Ibnu Jubair (kisah syahid yang tersenyum)



Beliau adalah pewaris ilmu Abdullah Ibn ‘Abbas dan Abdullah Ibn Umar. Beliau juga salah satu tokoh utama tabi’in. Ia bersama Abdurrahman Ibn al-Asy’ats membelot terhadap khalifah Abdul Malik Ibn Marwan karena kekejaman dan kezalimannya dalam membunuh orang. Setelah al-Asy’ats kalah dan terbunuh dalam peperangan Dair al-Jamajim, Said mengungsi ke Makkah. Ia tertangkap oleh gubernur Makkah yang saat itu dipegang oleh Khalid Ibn Abdullah al-Qasani. Kemudian ia dibawa dan dihadapkan kepada al-Hajjaj Ibn Yusuf ats-Tsaqafi.
Al Hajjaj menginterogasi “siapa namamu?” Said menjawab, “Said Ibn Jubair.” Al-Hajjaj melanjutkan, “bukankah engkau Syaqi Ibn Kasir?” Said Menjawab, “ibuku lebih tahu namaku daripada kamu.” Al-Hajjaj mencela, “ibumu bernasib malang demikian juga kamu.” Said menjawab, “ bukan kamu yang mengetahui hal ghaib.” Al-Hajjaj berkata “sungguh aku akan mengganti duniamu dengan api neraka yang menyala-nyala.” Said balas berkata, “seandainya kamu mengetahui hal itu niscaya aku akan menjadikanmu sebagai Tuhan.” Al-Hajjaj berkata, “apa pendapatmu tentang Nuhammad?” Said menjawab, “dia adalah Nabi rahmah dan imam penunjuk.” Al-Hajjaj bertanya, “ap pendapatmu tentang Ali, apakah dia di surga atau di neraka?” Said menjawab, “seandainya aku memasukinya dan melihat siapa saja yang ada didalamnya niscaya ak akan mengetahui penghuninya.” Al-Hajjaj terus menanyainya, “apa pendapatmu tentang para khalifah?” Said menjawab, “Aku bukanlah orang yang diserahi mengurus urusan mereka.” Al-Hajjaj berkata, “siapa diantara mereka yang paling kamu cintai?” Said menjawab, “orang yang paling diridhoi oleh Tuhanku.” Al-Hajjaj bertanya, “siapa diantara mereka yang paling diridhoi oleh Tuhan?” Said menjawab, “hanya Dzat yang maha mengetahui rahasia dan bisikan yang mengetahui hal itu.” Al-Hajjaj merayu, “aku ingin kamu mempercayaiku” Said berkata, “jika aku tidak menjawabmu aku tidak berdusta padamu.” Al-Hajjaj berkata, “lalu mengapa engkau tidak pernah tertawa?” Said menjawab “bagaimana bisa tertawa seorang makhluk yang tercipta dari tanah liat, sedang tanah liat itu dilahap api.” Al-Hajjaj bertanya “lalu mengapa kami tertawa?” Said menjawab “karena hati kalian tidak lurus.”
Al-Hajjaj bermaksud membujuk Said dengan gemerlap dan kesenangan dunia, ia menyuruh pembantunya mengambil mutiara, permata dan batu nilam. Semua perhiasan itu diletakkan didepan Said, namu Said berkata kepadanya “jika kamu mengumpulkan semau ini untuk menjaga dirimu dari kedahsyatan hari kiamat, maka ini adalah baik. Namun jika tidak, maka dengan sekali goncangan akan membuat lupa setiap ibu dari menyusui anaknya. Tidak ada baiknya yang dikumpulkan didunia, kecuali yang dipergunakan untuk kebaikan dan mensucikan diri.”
Kemudian Al-Hajjaj menyuruh pembantunya mengambil kecapi dan seruling, begitu kecapi dimainkan dan seruling itu ditiup, Said menangis. Al-hajjaj bertanya, “apa yang menyebabkan kamu menangis, apakah karena permainan musik ini?” Said menjawab, “Aku menangis karena sedih, tiupan seruling ini mengingatkanku pada hari yang agung, hari ditiupnya terompet kiamat. Sedangkan kecapi ini, dia dibuat dari pohon yang ditebang tanpa haq. Sedangkan senar-senar ini, ia terbuat dari kulit kambing yang akan dibangkitkan bersamanya pada hari kiamat.” Al-Hajjaj mengutuk “celakalah engkau wahai Said!” Said dengan tenang berkata “tidak ada satupun yang celaka bagi orang-orang yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga.”
Al-Hajjaj terus mengancam “pilihlah wahai Said cara kematian seperti apa yang kamu inginkan!” Said menjawab “pilihlah olehmu wahai Hajjaj, sungguh demi Alloh engkau tidak membunuhku kecuali Alloh akan membunuhmu diakhirat seperti kamu membunuhku didunia.” Al-Hajjaj berkata “apakah kamu ingin aku memaafkanmu?” Said menjawab “maaf hanya dari Alloh. Sedangkan kau, tidak ada ampunan dan tidak ada maaf bagimu.” Al-Hajjaj marah dan berkata “bawa dia dan bunuh dia!” saat Said dibawa keluar ia malah tertawa. Hal itu dilaporkan kepada Hajjaj, lalu dia memanggil kembali Said. Al-Hajjaj bertanya “apa yang menyebabkan kamu tertawa?” Said menjawab “aku kagum keberanianmu kepada Alloh dan kagum pada kearifan Alloh atas dirimu.” Al-Hajjaj semakin beringas “bunuh dia!” Said berkata “Aku menhadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mepersekutukan Tuhan” (Al-An’am: 79). Al-Hajjaj memberi arahan “hadapkan dia kearah selain qiblat!” Said menjawab “kemanapun kamu menhadap disitulah wajah Alloh” (Al-Baqarah: 115). Al-Hajjaj berkata “telungkupkan wajahnya ke tanah!” Said berkata “dari bumilah (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain” (Thaha: 55). Al-Hajjaj berkata “sembelih dia!” Said berkata “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh yang Esa tiada serikat bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad hamba dan utusan-Nya. Ambilah nyawaku sehingga kamu bisa menemuiku pada hari kiamat.” Kemudian Said berdoa “Ya Alloh, janganlah engkau memberinya kekuatan untuk membunuh orang setelahku (kematian).”
Pembunuhan itu terjadi pada bulan Sya’ban tahun 95 H, dan Al-Hajjaj mati pada bulan Ramadhan pada tahun yang sama. Sungguh Alloh tidak memberinya kekuatan (kesempatan) untuk membunuh orang lain sampai hari kematiannya. Tatkala Said dipenggal, Darah mengucur deras dari tubuhnya, sehingga Al-Hajjaj memanggil para tabib dan menanyakan mengapa darah mengucur sedemikian banyaknya, padahal orang-orang yang pernah dibunuhnya hanya mengucurkan darah sedikit. Mereka lalu menjawab “orang ini mati terbunuh, nyawanya keluar (dari tubuhnya) bersama denga keluarnya darah. Banyak sedikitnya darah yang keluar tergantung pada ada tidaknya nyawa. Sedangkan orang lain, mereka mati terlebih dahulu sebelum dipenggal karena ketakutan. Oleh karena itu darah yang keluar hanya sedikit.”
Tatkala Hasan Al-Basri mendengar bahwa Al-Hajjaj memenggal Said Ibn Jubair, ia berkata “Ya Alloh, datangkanlah azab pada orang yang fasiq dari tsaqif itu. Demi Alloh, seandainya orang-orang yang tinggal diantara arah barat dan timur terlibat dalam pembunuhan Said, niscaya Alloh akan mencampakkan mereka semua dalam neraka.”
Tatkala Al-Hajjaj hendak memenggal, dia tidak sadarkan diri. Ketika sadar ia berkata “ada apa dengan diriku dan Said Ibn Jubair?” Selama ia terbaring sakit, ia selalu bermimpi bertemu melihat Said mencengkram kerah bajunya dan berkata “hai musuh Alloh, mengapa engkau membunuhku?” Al-Hajjaj pun terbangun dengan peluh keringat dicekam ketakutan. Al-Hajjaj bertanya-tanya “mengapa aku selalu dihantui oleh Said Ibn Jubair.” Setelah kematian Al-Hajjaj ia terlihat dalam mimpi, kemudian ia ditanya “apa yang dilakukan Alloh terhadapmu?” Al-Hajjaj menjawab “Alloh menyiksaku dengan azab yang setimpal dengan setiap orang yang pernah kubunuh. Namun Alloh menyiksaku dengan azab 70 kali lipat derita yang dialami Said Ibn Jubair.”
Said Ibn Jubair adalah orang yang paling hafidz (hapal) Al-Qur’an dan paling mengetahui tafsirnya. Demikian juga ia orang yang paling menguasai hadits, hal-hal yang haram dan halal. Wafa’ Ibn Iyats berkata “pada suatu hari di bulan Ramadhan Said Berkata kepadaku, “pegangkan Al-Qur’an ini untukku!” Ia tidak bangkit dari tempat duduknya sampai ia menghatamkan Al-Qur’an. Said bercerita tentang dirinya “aku membaca Al-Qur’an seluruhnya dalam dua rakaat sholat sunnah di Masjidil Haram.” Semoga Alloh merahmatinya dan memberinya sebaik-baik pahala.

Diambil dari “101 Kisah Teladan” karangan Muhammad Al-Jundi

No comments:

Post a Comment